Menelusuri Jejak Rantai Genetika Manusia di Kepulauan Pasifik

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 19 April 2021 | 21:00 WIB
Masyarakat setempat biasa menggunakan perahu kayu yang disebut longboat sebagai alat transportasi di Sungai Digoel. (Lutfi Fauziah/National Geographic Indonesia)

Patin dan timnya mengulik asal-usul masyarakat genetika populasi di Pasifik dengan sekuensi genom pada 320 individu dari Taiwan, Filipina, Kepulauan Bismarck, Kepulauan Solomon, Kepulauan Santa Cruz, dan Vanuatu.

Yang membuat para ilmuwan itu terkejut, dilansir dari rilis Instut Pasteur, bahwa warisan Denisovan hampir 0% di Taiwan dan Filipina. Gen warisan itu baru signifikan 3,2% di populasi papua Nugini dan Vanuatu.

Sedangkan Neanderthal sendiri hanya sekitar 2,5%. Temuan ini berbeda dengan ungkapan gen Neanderthal-Denisovan sebelumnya.

Meski demikian, pencampuran dengan Neanderthal ini memberikan mutasi pada populasi masyarakat Pasifik pada fenotipenya seperti pigmentasi kulit, metabolisme, dan perkembangan syaraf.

Baca Juga: Inovasi Penelitian Genetik dari Kloning Musang Berkaki Hitam di AS

 

Kemampuan gen yang diwariskan Denisovan sendiri berpengaruh pada respon imun saat ini, seperti reservoir mutasi yang menguntungkan. Reservoisr mutasi ini menguntungkan mereka untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup dari patogen lokal.

Kelebihan ini bukan terjadi pada sekali atau dua kali generasi kawin campur. Dalam laporan itu, para ilmuwan mengungkapkan, hal itu menunjukkan Denisovan yang kawin campur dengan masyarakat Pasifik adalah populasi yang sangat beragam.

Patin dan tim berpendapat, percampuran kuno juga berdampak pada adaptasi masyarakat di Oseania dari segi metabolisme seperti kolesterol, yang membantu mereka melewati seleksi alam.