Pusparagam Cycloop: Patroli Warga Menjaga Sang Ibu Kehidupan

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 6 April 2021 | 20:45 WIB
Khusus kepada masayarakat pemburu, anggota MMP Holorowa melakukan pendekatan personal supaya masyarakat dengan sendirinya sadar, sehingga mereka keluar dari kawasan cagar alam dan tidak lagi menggunakan daerah penyangga Pegunungan Cycloop (National Geographic Indonesia)

 

Nationalgeographic.co.id—Hujan deras melanda kawasan Cycloop selama sepekan pada Maret 2019. Peristiwa banjir dan longsor terjadi di Kampung Sereh, tepian kawasan cagar alam. Peristiwa ini memakan korban jiwa lebih dari seratus orang, sekaligus menghancurkan sejumlah rumah masyarakat. Gelondongan pohon ikut tumpah ke jalan raya Kota Sentani dan mengakibatkan terjadinya beberapa kecelakaan.

Salah satu komunitas binaan BBKSDA Papua yang bergerak di bidang perlindungan hutan di lapangan adalah Masyarakat Mitra Polisi Hutan (MMP) "Holorowa". Komunitas ini telah dibentuk sejak 2015, yang mengerahkan masyarakat di sekitar kawasan penyangga.

Kuatnya sistem adat kehidupan suku juga mempengaruhi sistem tata guna lahan atau lahan dan sumber daya alam yang lebih dikenal dengan istilah hak tenurial. Hutan pegunungan Cycloop telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai cagar alam, namun masyarakat setempat menganggap hutan Cycloop yang dilindungi sebagai tanah adat mereka yang hak penguasaannya telah diwariskan secara turun-temurun.

Patroli Masyarakat Mitra Polhut 'Holorowa' di tepian Cagar Alam Cycloop. Mereka tengah menyusuri lintasan banjir bandang yang menggulung Sentani pada 2019. (Zulkifli/National Geographic Indonesia)

Masyarakat Kampung Sereh yang tergabung dalam MMP Holorowa bersama aparat, turut membantu membenahi dampak longsor. Mereka turut memulihkan keadaan Kampung Sereh.

Amar Khristian M. OndikeLeuw (52) seorang masyarakat yang terdampak longsor, bersama istrinya, Lea Kwasuna (40) menceritakan bahwa mereka mendengar teriakan orang-orang dari luar rumah pada saat terjadinya longsor.

Rpbhong Holo, demikian warga setempat menyebut bentang Pegunungan Cycloop. Kawasan ini menjadi cagar alam pada 1978. Pada 2012, luasnya bertambah menjadi 31.475, 89 hektare. (Zulkifli/National Geographic Indonesia)