Pusparagam Cycloop: Patroli Warga Menjaga Sang Ibu Kehidupan

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 6 April 2021 | 20:45 WIB
Khusus kepada masayarakat pemburu, anggota MMP Holorowa melakukan pendekatan personal supaya masyarakat dengan sendirinya sadar, sehingga mereka keluar dari kawasan cagar alam dan tidak lagi menggunakan daerah penyangga Pegunungan Cycloop (National Geographic Indonesia)

“Dalam melakukan patroli, MMP Holorowa menghindari friksi dengan masyarakat,” ujar Eddy Sam Lau (49), Kepala Resort Sentani BBKSDA Papua. “Para anggota MMP diberikan teknik berinteraksi dengan masyarakat. Khusus kepada masayarakat pemburu, anggota MMP Holorowa melakukan pendekatan personal supaya masyarakat dengan sendirinya sadar, sehingga mereka keluar dari kawasan cagar alam dan tidak lagi menggunakan daerah penyangga Pegunungan Cycloop.”

Tanah ini menjadi ibu bagi masyarakat Kampung Sereh, karena seluruh masyarakat dan makhluk hidup lainnya pun hidup dari Pegunungan Cycloops. “Pegunungan Cycloop adalah ibu bagi kami,” kata Yoseph Luns OndikeLeuw (45), masyarakat Kampung Sereh. “Nama lain Pegunungan Cycloop adalah Robong Holo; Robong artinya hutan, Holo artinya perempuan.”

Baca Juga: Pusparagam Cycloop: Asal-Usul Pulau Seniman Lukis di Danau Sentani

Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Holorowa bersama aparat melakukan patroli berkala di Cagar Alam Cycloop. Tujuannya menjaga kawasan lestari ini dari pemburu atau pembalak. (National Geographic Indonesia)

Yoseph menjelaskan bahwa Pegunungan Cycloop yang memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia endemik di kawasan Pegunungan Cycloop, juga bagi masyarakat Jayapura. Bagi Yosep, membicarakan Pegunungan Cycloop tidak hanya membicarakan flora dan fauna endemiknya, tapi juga manusia endemik yang hidup di kaki pegununganya.

“Pegunungan Cycloop merupakan sumber air bersih bagi kami, suku-suku yang hidup di sekelilingnya,” ujar Yoseph. Yoseph mengatakan bahwa, penting bagi kita untuk belajar menghargai alam yang telah Tuhan berikan kepada kita, karena itulah yang telah diajarkan leluhur kepada kita sebagai anak-anak adat.

Tata kelola Pegunungan Cycloop pun telah diatur oleh pemangku adat. Telah ditentukan pula wilayah mana untuk mengambil kayu, dan wilayah mana yang tidak boleh diambil kayunya. Diatur pula wilayah mana mengambil kayu untuk rumah, dan wilayah mana mengambil kayu untuk perahu. Mengambil kayu pun tidak boleh berlebihan, tidak boleh serakah.

Adat mengambil kayu dari hutan seperlunya saja merupakan adat yang perlu terus dijaga. Hal tersebut merupakan bentuk rasa menghargai apa yang telah Tuhan beri, yaitu Pegunungan Cycloop, yang sampai saat ini memenuhi segenap hajat hidup orang banyak.