Meski Pintar, Kera di Setiap Generasi Harus Belajar dari Nol Lagi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 8 April 2021 | 11:00 WIB
Dian Fossey mempelajari gorila gunung Rwanda sampai pembunuhannya di tahun 1985. (Peter G. Veit, National Geographic Creative)

Rodrigo dan Tennie merupakan tim penelitian di bidang evolusi. Temuan ini mengungkapkan peluang studi untuk terkait evolusi manusia dalam mengembangkan pengetahuan mereka.

Diperkirakan, kemampuan perilaku meniru sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu, dan dimiliki beberapa kera modern, tulis mereka. Tetapi teori lain juga berpendapat bila kera modern tak satu pun yang dapat meniru perilaku sesamanya, seperti yang dilakukan beberapa nenek moyang manusia.

Baca Juga: Mempengaruhi Iklim di Indonesia, Tibet Kian Hangat di Masa Depan

Gorila gunung Rwanda, di Great Rift Valley, tempat bertemunya kawasan Danau Besar Afrika dan Afrika Timur. (Thinkstockphoto)

Meski demikian, berkat temuan terhadap tiga perilaku unik lokal di lapangan, para peneliti masih yakin bahwa pembelajaran dengan meniru masih dimiliki oleh para kera. Mereka memerkirakan faktor keunikan ini berkat isolasi geografisnya, dan ketergantungan peniruan pembelajaran, dapat ditafsirkan sebagai budaya yang rentan untuk punah.

"Bahkan selamanya, sampai populasi di mana mereka berada berkurang atau punah total," tulis mereka.

Mereka juga menyarankan agar populasi dengan ragam perilaku ini harus bisa dilindungi sebagai 'situs warisan budaya'. Dengan demikian, mereka memiliki perlindungan dalam konservasi untuk mengembangkan kebiasaan mereka untuk belajar.

Selain itu para peneliti menyarankan untuk mengetahui kognitif primata lewat metode yang mereka kembangkan pada spesies lainnya, termasuk monyet.

Sebab mereka menduga bahwa kasus pada populasi oleh suatu spesies di tempat tertentu memiliki bentuk keunikan tersendiri dalam pembelajaran.