Fenomena Sejagat: Temu Daring Kerap Melelahkan. Apa Saran Peneliti?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 20 April 2021 | 07:00 WIB
Ilustrasi video call (pressfoto/freepik)

Nationalgeographic.co.id—Selama beraktivitas dari rumah, tentu beberapa dari kita pasti tak asing dengan kegiatan rapat atau webinar lewat aplikasi temu daring. Saking seringnya interaksi secara daring, kegiatan itu bahkan disebut sebagai 'nge-zoom'.

Di sisi lain, banyaknya kegiatan pertemuan secara daring justru membuat kita sering lelah daripada terlibat rapat dan seminar tatap muka. Mengapa demikian?

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Februari 2021 oleh American Psychological Association di repositori Old Dominion University, kelelahan terjadi disebabkan partisipan merasa tidak dilibatkan.

Temuan ini merupakan saran penting agar kegiatan itu memiliki interaksi agar partisipan juga merasa memiliki peran di dalamnya.

Baca Juga: Ew Jorok! Charles Darwin Meneliti Mengapa Manusia Merasakan Jijik

 

Hal ini diungkap lewat penelitian pada 55 karyawan dari berbagai bidang. Mayoritas mereka yang menjadi responden adalah laki-laki dengan usia rata-rata 33 tahun. Kemudian mereka disurvei terkait perasaan mereka selama temu daring.

Survei itu diberikan pada responden selama sembilan jam di setiap lima hari kerja tahun lalu. Hasilnya, responden berhasil menyelesaikan lebih dari 1.700 survei dan berpartisipasi dalam rata-rata lima hingga enam temu daring selama seminggu.

Rasa lelah itu muncul dari rasa bosan, seperti yang diungkapkan salah satu responden, "Bosan berada di dalamnya, sangat lelah setelah berada di dalamnya." Bahkan ada pula yang menulis temu daring "dapat membebani pikiran dan jiwa."

"Secara keseluruhan, 92,9% responden menyebutkan manifestasi psikosomatis atau psikologis dari kelelahan saat menjawab pertanyaan terbuka pertama yang menjadi bukti awal dari pengalaman unik ini," jelas para peneliti dalam laporan.

Baca Juga: National Geographic Indonesia | Rekor Pentas Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia Melalui ZOOM

Adegan pemungkas yang menampilkan Dewi Wara Sembadra dan raden Arjuna dalam Siaran Langsung via ZOOM: Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia. (National Geographic Indonesia)

Sedangkan kegiatan menonton diri sendiri di webcam ternyata tak ada dampak signifikan secara statistik dengan kelelahan pasca pertemuan daring, tulis para peneliti.

Laporan dari responden menyebutkan bawha mereka lebih memilih mematikan webcam untuk mengatasi kebosanan. Mereka tak merasa ada hubungannya dengan rasa kebosanan temu daring dengan melihat diri sendiri.

Bahkan ada yang menulis, "Semua orang hanya ingin masuk dan keluar, log in dan log off." Tapi di satu sisi ada yang membuat mereka tertarik terlibat karena "Ada sedikit obrolan di sebelum dan sesudah pertemuan seolah lagi di pertemuan nyata."

Obrolan seperti itu dapat membantu membantu rasa memiliki konferensi dalam kelompok, yang memiliki efek nyata untuk mengurangi kelelahan, tulis para peneliti.

Mereka juga mengungkapkan bahwa pemilihan waktu yang baik agar tidak bosan adalah sebaiknya diadakan di sore hari. Diduga sore hari tak menyebabkan banyak kelelahan dibandingkan waktu lainnya di hari yang sama.

Baca Juga: Ilmuwan Inggris Temukan Cara untuk Deteksi DNA Manusia di Udara

 

Padahal sebelumnya, para peneliti mengira pertemuan yang lebih lama dan menonton video yang ditampilkan dapat menyebabkan kelelahan.

Dikutip dari Eurekalert, penulis utama studi Andrew Benett berujar, "Harapan kami sebenarnya bahwa aspek-aspek dalam video akan berhubungan dengan kelelahan, seperti menonton wajah semua orang dengan cermat di layar atau bahkan menonton diri Anda sendiri."

"Tetapi kami tidak menemukan benar-benaran dalam penelitian. Rapat yang lebih lama juga tidak memengaruhi kelelahan."

Dalam laporannya, para peneliti menyarankan agar pihak yang penyelenggara pertemuan daring, mengadakannya di sore hari.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Rantai Genetika Manusia di Kepulauan Pasifik

Ilustrasi Zoom. (blog.zoom.us)

Penyelenggara diharapkan bisa meningkatkan persepsi kepemilikan partisipannya, seperti mengajak obroan ringan setelah atau sebelum peretmuan. Bisa juga memberikan jeda istirahat di mana orang dapat berbeicara tentang minat mereka di luar konteks pertemuan.

Saat hendak mengadakan pertemuan daring, tetapkan pula aturan yang jelas seperti penggunaan webcam atau memperbolehkan partisipan melakukan kegiatan lain.

Untuk partisipan pertemuan daring, para peneliti menyarankan agar mengambil waktu beristirahat. Istirahat ringan yang dilakuakan bisa mengalihkan pandangan dari layar, berdiri, dan berjalan-jalan di sekitar.

"Kami tahu konferensi video sangat membantu," ujar Bennett. "Kami mendapatkan lebih banyak informasi emosional dan nonverbal dari mereka, tetapi itu tidak berarti semuanya perlu dilakukan dalam konferensi video. Terkadang panggilan telepon atau email lebih efektif dan efisien."