Ternyata, Aktivitas Pekerjaan Pengaruhi Daya Tahan Leher Kita

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 21 April 2021 | 16:00 WIB
Ilustrasi sakit leher. (Jcomp/freepik)

40 Responden itu tak memiliki riwayat sakit leher, kemudian diajak ke laboratorium untuk diamati, dan diminta untuk menahan leher di postur tertentu dalam beberapa waktu. Para peneliti pun mencatat usia, indeks massa tubuh, dan jam eksperimen yang dilakukan pada mereka.

Sebagian dari responden itu diamati di pagi hari dan sisanya di sore hari. Sebab mereka memiliki waktu bekerja yang berbeda di siang dan malam hari.

Postur itu sesuai dengan apa yang mungkin terjadi di tempat kerja. Responden penelitian itu juga diinstruksikan untuk mengerahkan tenaga di sekitar kepala-leher secara terus menerus sampai merasa lelah.

Instruksi lainnya, mereka harus duduk dan diminta untuk mengenakan helm yang membuatnya harus mengerahkan kekuatan lebih di leher.

Dengan posisi itu, para peneliti meminta mereka untuk menjaga leher untuk tetap di beberapa kondisi, lurus, miring ke depan, atau miring ke belakang dalam waktu tertentu.

Baca Juga: Kita Membutuhkan Statistik Demi Kesetaraan Lapangan Kerja Bagi Difabel

Dalam posisi ini, kepala dan leher mereka diberikan gaya (f) lewat bingkai yang dapat disesuaikan. Lewat pemberian gaya ini, mereka bisa mencapai setengah dari kapasitas kemampuan maksimum saat merasa pegal.

Hasil lainnya, lama dan sebentarnya waktu juga memengaruhi kemampuan leher mereka untuk mempertahankan diri dalam aktivitas tanpa kelelahan.

"Sangat intuitif untuk berpikir bahwa sepanjang hari, leher kita menjadi lebih lelah karena kita lebih sering menggunakannya," papar Zhang.

Ia menambahkan, bahwa aktivitas pekerjaan mereka di luar eksperimen lebih berpengaruh pada pembentukan kekuatan dan daya tahan leher dairpada faktor pribadi mereka.