Ternyata, Aktivitas Pekerjaan Pengaruhi Daya Tahan Leher Kita

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 21 April 2021 | 16:00 WIB
Ilustrasi sakit leher. (Jcomp/freepik)

Oleh karena itu, faktor aktivitas pekerjaan perlu dimodifikasi, tulis para peneliti. Sebab faktor ini lebih penting dalam memenuhi kebutuhan fisik ketika melakukan pekerjaan.

Sakit leher karena aktivitas pekerjaan merupakan hal yang tak bisa diangap remeh. Sakit ini menjadi penyebab kecacatan paling populer dan banyak terjadi di dunia, papar Zhang.

Hal itu juga senada dengan indeks yang dibuat oleh Institute for Health Metrics and Evaluation dalam Global Burden of Disease Study. Indeks itu menyebut  sakit leher berada di peringkat keempat penyebab utama kecacatan global.

Baca Juga: Air Zamzam Telah Digunakan 4.000 Tahun Lebih Tapi Kenapa Tidak Habis?

Hasil eksperimen itu kemudian dijadikan database untuk menjadi referensi para ilmuwan untuk membangun model biomekanik musuloskeletal leher canggih. Kekuatan dan daya tahan leher ini, menurut para peneliti, untuk kebutuhan medis memisahkan otot leher tertentu yang rentan pada cedera.

“Selain itu, teknisi dan desainer dapat memanfaatkan data kami untuk membuat perangkat yang dapat dikenakan, seperti helm, yang lebih ergonomis dan tidak terlalu menimbulkan tegangan di leher," terang Zhang.

Pada nantinya, Zhang menambahkan, timnya bisa mendapatkan data untuk mengevaluasi kondisi pasien cedera leher yang sudah dinyatakan siap bekerja kembali. Dengan demikian, risiko terkena cedera tidak terulang kembali jika berada dalam batas normal.

"Temuan studi dapat membantu dalam desain kerja serta skrining pra-kerja untuk mengurangi insiden nyeri leher di tempat kerja," tulis para peneliti dalam laporan.