Alasan Kegagalan Berkencan Masa Kini: Perbedaan Pandangan Politik

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 23 April 2021 | 17:00 WIB
Ilustrasi pasangan. (Citra Anastasia)

Nationalgeographic.co.id—Polarisasi masyarakat terkait pandangan politik di Indonesia terasa kental. Kita bisa merasakannya bagaimana pendukung suatu kandidat bisa memberi pandangan terhadap pendukung kandidat lainnya.

Ternyata, sebuah survei dari aplikasi kencan menemukan bahwa pandangan politik telah masuk jauh dalam kehidupan kita, termasuk menentukan pasangan.

Survei itu diadakan oleh Dating.com yang dipublikasikan 2020 lalu. Mereka menemukan 84 % orang yang menggunakan aplikasi untuk berkencan menimbang bahwa pandangan politik yang berbeda menjadi alasan untuk tak dipilih.

Temuan lainnya juga mengungkap bahwa 67% orang mengaku hubungannya berakhir karena berpeda paham politik.

Lewat rilisnya, presiden Dating.com Maria Sullivan berujar, "Kami telah melihat peningkatan besar dalam istilah politik yang ditambahkan ke profil pengguna."

Baca Juga: Di Balik Mausoleum Cinta untuk Sang Filantrop Tionghoa di Batavia

Setidaknya 72 persen suka bila menemukan lawan jenisnya memilih kandidat politik di bio profil. Di sisi lain, setengah dari seluruh responden juga berpendapat kalau membicarakan politik terlalu dini bisa mematikan rasa ketertarikan untuk melanjutkan hubungan.

Survei serupa juga dirilis It's Just Lunch. Mereka menemukan 50% pria dan wanita yang menjadi responden menyatakan dirinya bisa berkencan dengan pasangan yang pandangan politiknya berlawanan untuk hubungan jangka pendek.

Responden itu juga mengakui, bahwa pasangan yang pandangan politiknya berbeda tidak ideal untuk diajak komitmen jangka panjang.

Lembaga konsultasi kencan itu juga menemukan 63% respondennya mengaku hanya mengencani orang yang memiliki kesamaan pandangan politik dan keyakinan.

Baca Juga: Dewa dan Dewi Cinta dari Berbagai Kebudayaan di Penjuru Dunia

Pasangan yang sedang jatuh cinta. (nd3000/Getty Images/iStockphoto)

Studi akademis juga sempat dilakukan Gregory A. Huber dan Neil Malhotra dari Yale University di The Journal of Politics (Vol. 79 No. 1 tahun 2017) dengan hasil yang hampir mirip.

Dilansir dari rilis Yale University, Huber mengungkapkan bahwa memilih pasangan beda agama tak begitu besar dampaknya daripada politik.

"Menariknya, ketidaktertarikan pada politik memiliki dampak. Orang yang tidak tertarik politik tidak terlalu tertarik untuk berkencan dengan orang yang benar-benar suka politik," ucapnya. "Kalau Anda kenal orang-orang yang tidak tertarik politik, menurut saya sepenuhnya akurat."

Selain pandangan politik, sebenarnya yang merupakan faktor terbesar orang di Amerika memilih pasangan adalah usia, ras, dan tingkat pendidikan.

"Pengaruh orientasi politik tidak setingkat dengan hal-hal itu, tetapi tetap jadi faktor," ia menambahkan.

Lewat pengamatan mereka, mereka menemukan bahwa karena pandangan politik, proses percakapan daring cenderung bernada politis. Berbeda dari sebelumnya, dimana percakapan daring biasanya dibentuk secara kebetulan.

"Temuan ini memiliki implikasi penting untuk bidang penelitian utama dalam ilmu politik," tulis mereka dalam laporan.

"Secara khusus, tampak seolah-olah dalam periode kontemporer orientasi politik secara langsung mempengaruhi hubungan sosial yang ingin dibentuk masyarakat, yang menghasilkan peningkatan homogenitas politik dalam hubungan yang terbentuk."

Mengutip Woman's Health Magazine, konsultan hubungan pernikahan Gary Brown mengungkapkan bahwa iklim politik yang intens tidak diragukan lagi sebagai penyebab ketegangan itu dalam hubungan romantis. Tak hanya berpasangan, tapi juga pada persahabatan dan rekan kerja.

Baca Juga: Kisah Belle Gunness, Gadis Petani yang Membunuh Pria-pria Kesepian

Alan dan Ayme Sherlock mengklik kencan pertama mereka dan menikah sekitar setahun kemudian. (Wayne Lawrence)

"[Fenomena ini] ada di mana-mana," jelasnya. "Bahkan saat perang Vietnam, ketika ada banyak racun dan permusuhan seperti saat ini. Bahkan orang-orang yang sangat mencintai satu sama lain menjadi korban 'politik kehancuran pribadi."

"Kondisi itu tidak cukup kalau seseorang tidak setuju dengan pandangan Anda, tetapi juga harus dihancurkan semuanya, dan semua yang mereka perjuangkan," katanya.

Ia menambahkan kalau terapis di seluruh dunia sedang berjuang untuk menjinakkan ranjau darat yang bermuatan politik dalam hubungan nyata.

Karena preferensi pandangan politik ditemukan di aplikasi kencannya, Dating App pun bahkan merilis saran pada penggunanya seperti:

1. Jangan defensif dan meremehkan apa yang orang-orang yakini.2. Pastikan waktunya tepat jika ingin membahas politik.3. Bersikap terbuka mendengarkan sudut pandang mereka, dan tidak mengabaikan keyakinannya.