Tari Bedhaya, Jejak Perlawanan Mangkunegara I dalam Geger Pacinan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 26 April 2021 | 11:00 WIB
Tari Bedoyo yang diadakan di Puro Mangkunegaran untuk pesta pernikahan Hoesein Djajadiningrat dan Partini di Surakarta, Januari 1921 (Tropenmuseum)

Nationalgeographic.co.id—Peristiwa Geger Pacinan tahun 1740 membuat perjuangan Tionghoa dan Jawa bersatu melawan dominasi VOC. Perjuangan itu mengakibatkan pengaruh perpaduan filosofis dari segi kebudayaan dan militer penentang kongsi dagang Belanda itu.

Mangkunegara I adalah salah satu pelopor perpaduan ini saat berkoalisi tokoh-tokoh anti-VOC seperti Kapitan Tionghoa, Sepandjang. Kegigihan Raden Mas Said (nama asli Mangkunegara I) dan koalisinya, membuat VOC menjulukinya sebagai Sambernyawa atas kegaharannya menumpas musuh.

Meski demikian, kegaharan ini karena usahanya yang menyentuh rakyat untuk melawan Belanda.

"Dia juga berhasil menggabungkan seni perang Jawa dengan seni perang Tionghoa," jelas Iwan Ong Santosa, jurnalis Kompas yang menggali data sejarah Raden Mas Said.

Penuturan ini dikisahkannya dalam webinar Pangeran Sabernyawa, Inspirasi Militer & Budaya yang digelar oleh Garda Mangkunagaran Cabang Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta pada Minggu, 25 April 2021.

"Ini adalah sesuatu yang khas dari Sambernyowo, nilai-nilai ini diteruskan oleh penerusnya. Ini ada wawasan terbuka, beliau mampu memadukan nilai filosofi budaya Tionghoa, Eropa, dan Arab."

Baca Juga: Kisah Simbolik Awal Mataram Sampai Babad Giyanti tentang Geger Pacinan