Mereka meneliti perilaku merokok di negara bagian California setelah pemerintah di sana menerapkan salah satu dari kebijakan tembakau pertama 21 (T21). Laporan hasil studi baru mereka ini telah terbit di jurnal Preventive Medicine.
Studi yang dilakukan oleh peneliti UC Davis, yakni Melanie Dove, Susan Stewart dan Elisa Tong, ini mengamati pola merokok sebelum dan sesudah undang-undang tersebut disahkan. Studi mereka juga mencoba membandingkan California dan negara-negara bagian lain di AS yang tak menerapkan kebijakan T21. Data untuk studi ini berasal dari Sistem Surveilans Faktor Risiko Perilaku 2012-2019 di Amerika Serikat (2012-2019 Behavioral Risk Factor Surveillance System).
Baca Juga: Kehilangan Anaknya, Ibu Ini Berjuang Supaya MK Melegalkan Ganja Medis
"Sebagian besar pengguna tembakau dewasa mulai merokok sebelum usia 18 tahun, ketika otak masih berkembang dan sangat rentan terhadap nikotin dan kecanduan," kata Dove, asisten profesor dari Divisi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat UC Davis, seperti dikutip dari Eurekalert.
"Undang-undang T21 yang baru ini memiliki potensi, dari waktu ke waktu, secara dramatis mengurangi jumlah remaja yang mulai merokok secara teratur dan itulah mengapa penting untuk melacak dampaknya." ujar Dove lagi yang merupakan penulis utama dalam studi ini.
Studi tersebut menunjukkan bahwa undang-undang T21 yang baru terkait dengan penurunan yang lebih besar dalam merokok pada anak-anak muda berusia 18-20 tahun dibandingkan pada mereka yang berusia 21-23 tahun di California. Penurunan ini setidaknya teramati pada orang-orang yang memiliki perilaku merokok setiap hari (daily smoking).
"Kabar baiknya adalah prevalensi merokok 'setiap hari' di antara anak usia 18-20 tahun naik dari 2,2% pada 2016 menjadi hampir nol pada 2019,” kata Stewart, profesor dari Divisi Biostatistik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat UC Davis.
"Kemungkinan alasan bahwa kami mungkin telah melihat penurunan dalam merokok 'setiap hari', tetapi bukan perokok 'non-harian', adalah karena perokok 'harian' lebih cenderung membeli rokok mereka sendiri --sehingga mereka lebih mungkin terkena dampak dari aturan pembatasan penjualan itu."