Ong Kho Sioe: Rumah Candu dan Sejarah Becak Pertama di Yogyakarta

By Agni Malagina, Rabu, 28 April 2021 | 21:14 WIB
Ketandan merupakan pecinan tertua di Malioboro, Yogyakarta. Pecinan ini menyimpan banyak sejarah. Seperti salah satu rumah kuno di Ketandan yang difungsikan sebagai kios ini. Jangkar di dinding diduga sebagai lambang keagamaan. Namun, beberapa rumah yang memiliki bentuk jangkar besi sejatinya merupa (Dwi Oblo)

Nationalgeographic.co.id—Ong Kho Sioe seorang filantrop di Pecinan Ketandan pada 1940-an. Dia dikenal sebagai pengusaha beras dan becak yang sohor di Yogyakarta. Namanya tak setenar nama-nama kapitan, letnan, atau wijckmeester yang berkuasa di wilayah Pecinan Yogyakarta. Namun, ketika ia meninggal dunia, Sultan Hamengkubuwono IX datang melayat.

Sosoknya kerap disebut-sebut sebagai pemilik sebuah rumah yang dijuluki warga senior Ketandan sebagai ‘Gedong Tinggi’. Sebagian menjulukinya dengan ‘Rumah Kongsi’ atau ‘Rumah Candu’ karena pernah menjadi bagian riwayat candu di Yogyakarta.

Setidaknya terdapat empat rumah kongsi di Ketandan. Rumah kongsi OKS (Ong Kho Sioe) merangkap rumah candu, rumah kongsi OOP (Ong O Poo) merangkap rumah candu, rumah kongsi Suryatmajan, dan rumah kongsi Kantil. Terakhir, satu rumah candu yang kini telah menjadi toko furnitur dan souvenir, Mirota.