Pertempuran Tsushima, Kejayaan Militer Jepang Melawan Dominasi Eropa

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 5 Mei 2021 | 09:00 WIB
Ilustrasi pertempuran di selat Tsushima, Mei 1905. (Shinohara Kyuki via Naval Encyclopedia)

Nationalgeographic.co.id—Pasca Restorasi Meiji 1868, Kekaisaran Jepang muncul sebagai pelopor kemajuan di Asia di bidang industri dan pengetahuan. Pengetahuan pun menjadi tongak kebangkitan militer Jepang selama awal abad XX.

Berkat Restorasi Meiji pun, secara politik Jepang berani mengambil langkah untuk bersaing dengan Rusia untuk pengaruhnya di semenanjung Korea dan Manchuria ketika Tiongkok mengalami masalah politik internalnya.

Di sisi lain, Rusia menginginkan ekspansinya ke semenanjung Korea. Jepang menganggap tindakan ini merupakan hal yang tidak bisa ditoleransi.

Maka 8 Februari 1904, Angkatan Laut negeri matahari terbit itu menyerang tiga pangkalan laut Rusia di Korea: Port Harbour, Dalny, dan Chenulpo. Pertempuran pecah baik di darat maupun laut Korea, yang menyebabkan Rusia mundur ke Mukden, Manchuria.

Baca Juga: Kuil Meiji, Nyanyian Kerikil di Tengah Hiruk Pikuk Tokyo

 

Mengetahui kekalahan militernya, Tsar Nicholas II segera memerintahkan armada laut di Baltik untuk ke Selat Tsushima dengan memutar jauh melewati Terusan Suez. Bahkan salah satunya harus singgah di Madagaskar untuk isi bahan bakar.

Angkatan Darat Rusia pun didatangkan dari Moskow lewat Kereta Api Trans-Siberia. Kekuatan penuh ini bertujuan untuk mematahkan blokade Jepang dan meraih kembali dominasi laut mereka di Perairan Korea.

Rupert Butler dkk dalam buku Perang yang Mengubah Sejarah, Buku Kedua menulis, armada Baltik terbagi dari tiga rute, dan baru bergabung di Laut Tiongkok Selatan Maret 1905.

Penggabungan armada dengan 38 kapal ini diangap sebagai kekuatan penuh militer Rusia.

Tengah malam antara 26 dan 27 Mei, armada Rusia memasuki Selat Tsushima dengan harapan bisa menghadapi Jepang di siang hari. Namun mereka kepergok kapal penjelajah Jepang, Shinamo Maru di antara kabut sebelum subuh.

Baca Juga: Maiko dan Kisah Pelacuran Perempuan Jepang di Hindia Belanda

Armada Jepang berangkat menuju Selat Tsushima untuk menghadapi armada Rusia dari Baltik pada 27 Mei 1905. (Shigetada Seki (Tokyo: Hakubunkan))

Terdeteksinya keberadaan kapal Rusia membuat Armada Jepang di pelabuhan Masampo, pesisir tenggara Korea berangkat dari pukul 05.05 waktu setempat. Armada juga diberangkatkan dari Pulau Tsushima. Total yang dikerahkan Jepang berjumlah 103 kapal.

Pukul 13.39 27 Mei, armada laut Jepang berhasil memergoki armada Rusia. Butler dan tim menulis, kapal-kapal Jepang relatif modern daripada Rusia dalam pertempuran ini, bahkan satu jam setelahnya, mereka dapat melakukan manuver rumit agar bisa sejajar dengan armada Rusia.

Sedangkan armada Rusia berada dalam formasi berantakan yang terbagi dalam dua barisan.

Kedua pihak dalam baku tembak. Jepang memfokuskan targentnya pada Savaroff dan Oslyabya yang mengakibatkan keduanya lumpuh dan kebakaran. Sedangkan Rusia berhasil melumpuhkan Asama. Kedua pihak mengalami keberhasilan.

Baca Juga: Tameichi Hara, Kesaksian Kapten Jepang dalam Pertempuran Laut Jawa

Pada 14.05, Oslyabya membawa 515 pelaut tenggelam ke dasar laut. Satu jam berikutnya pun, Jepang terus menghujani kapal-kapal Rusia hingga formasi menjadi kelompok-kelompok kecil.

Kondisi memburuk bagi armada Rusia membuat mereka tak ada pilihan kecuali harus lari ke pelabuhan Vladivostok, sekitar 1.040 km jauhnya di utara.

Pukul 18.00, kedua armada kehilangan kontak. Dalam selimut asap dan kabut itu, Jepang lagi-lagi berhasil menemukan armada Rusia. Lewat Fuji, mereka berhasil menenggelamkan Alexander III dan Borodino dan meledekkan gudang senjatanya.

Dilaporkan dari 1.660 awak di kapal itu, hanya lima pelaut yang selamat. Sedangkan di pihak Jepang korban terdapat 514 orang, tanpa kehilangan kapal sama sekali.

Kekalahan telak bagi Rusia yang sudah berantakan itu, akhirnya membuat sebagiannya memilih berlayar ke Shanghai lalu menyerahkan diri di Manila, Filipina.

Baca Juga: Dewi Matahari Amaterasu, Leluhur Ilahi dari Keluarga Kekaisaran Jepang

Kapal perang Russia, Oslyabya, yang menjadi kapal pertama yang tenggelam dalam Battle of Tsushima. (Wikimedia Commons)

 

Pukul 09.30 28 Mei 1905, Jepang melalui tiga skuadron kapal penjelajahnya mengontak armada Rusia yang tersisa. Mereka pun mengepung dan kadang-kadang menembak skuadron Rusia.

Laksamana Madya Nikolai Nebogatov, pemimpin armada menganggap melawan adalah hal yang sia-sia. Ia pun menyerahkan empat kapalnya pada Jepang.

Setelah Nebogatov ikut ditangkap, armada Jepang masih menyisir selat Tsushima dan Laut Jepang. Beberapa pasukan Rusia pun mendaratkan diri, dan menyusuri pantai hingga tiba di Vladivostok.

Berdasarkan laporan yang dicatat Butler dan tim, secara keseluruhan Jepang kehilangan 118 orang tewas dan 583 luka-luka. Di pihak Rusia sendiri kehilangan 4.380 orang tewas, 5.917 yang ditawan, dan 1.862 ditahan di negara-negara netral.

Pertempuran itu menjadi awal dominasi Jepang di Pasifik. Tsar Nicholas II akhirnya mengadakan Perjanjian Portsmouth dengan Jepang dan ditandatangani 5 September 1905. Perjanjian itu membuat Rusia menyerahkan Pulau Sakhalin, pangkalan militer di Korea dan Manchuria, maupun hak pengunaan jalur kereta api di sana.

Dalam buku the Battle of Tsu-Shima oleh Vladimir Semenoff (1907), ia mengutip tulisan Sir George Sydenham Clarke, petinggi militer Inggris. Petinggi militer itu mengatakan Tsushima adalah "pertempuran besar dan sangat momentum penting bagi angkatan laut terpenting sejak Trafalgar."

Sedang Butler dan tim menulis, "Keberhasilan Jepang membuat mereka menjadi kekuatan dominan di Pasifik, berasama A.S. Persaingan yang kemudian terjadi akhirnya membuka jalan bagi menyebarnya Perang Dunia II di Pasifik."

Baca Juga: 75 Tahun Berlalu, Korban Pearl Harbor Telah Memaafkan, Tetapi Tidak Melupakan