6.000 Tahun Silam, Manusia Prasejarah di Arab Saudi Menyukai Anjing

By Utomo Priyambodo, Senin, 3 Mei 2021 | 20:00 WIB
Di kawasan Arab, seperti Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, lelaki-lelaki Muslim begitu dekat dengan saluki—sebutan untuk anjing Arab yang berkaki panjang, ramping dan tatapan tajam. Anjing jenis ini diyakini berasal dari Yaman. (Twitter @VisitAbuDhabi)

"Apa yang kami temukan akan merevolusi cara kita memandang periode seperti Neolitikum di Timur Tengah. Untuk memiliki ingatan semacam itu," ujar Melissa Kennedy, asisten direktur proyek Aerial Archaeology in the Kingdom of Saudi Arabia (AAKSAU) - AlUla, seperti dilansir Science Daily.

Penemuan ini merupakan bukti paling awal dari keberadaan anjing peliharaan di Jazirah Arab. Laporan penemuan ini telah dipublikasikan dalam Journal of Field Archaeology pada 18 Maret 2021.

Tim proyek riset ini, dengan anggota para peneliti dari Saudi dan internasional, memfokuskan upayanya pada dua situs pemakaman di atas tanah yang berasal dari abad ke-5 dan ke-4 Sebelum Masehi dan berjarak 130 kilometer. Satu di dataran tinggi vulkanik dan yang lainnya di tanah tandus yang gersang. Situs-situs tersebut berada di atas tanah, yang unik untuk periode sejarah Arab itu, dan dapat terlihat dengan jelas.

Baca Juga: Temuan Jamban Kuno Abad ke-13 Ungkap Orang Yahudi Patuh Tak Makan Babi

Anjing di Arab. (Kaleela.com)

Tim peneliti mendeteksi situs-situs tersebut dengan menggunakan citra satelit dan kemudian dengan foto udara dari helikopter. Kerja lapangan dasar dimulai pada akhir 2018.

Di situs dataran tinggi vulkanik ditemukan 26 fragmen tulang-tulang seekor anjing, bersama dengan tulang-tulang dari 11 manusia. Dari 11 manusia itu, enam di antaranya dewasa, satu orang remaja, dan empat anak-anak.

Tulang-tulang anjing yang ditemukan menunjukkan adanya tanda-tanda radang sendi. Hal ini menunjukkan bahwa hewan itu hidup bersama manusia hingga usia paruh baya atau tua.

Baca Juga: Arab Saudi Mau Bikin Kota Sepanjang 170 Km di Gurun Tanpa Jalur Mobil

Tulang-tulang anjing kuno berusia 6.000 tahun yang ditemukan di Arab Saudi. (Royal Commission for AlUla, Discovery and the University of Western Australia)

Setelah mengumpulkan tulang-tulang tersebut, tim kemudian harus memastikan bahwa tulang-tulang itu berasal dari anjing dan bukan dari hewan serupa seperti serigala gurun.

Arkeolog kebun binatang, Laura Strolin, mampu menunjukkan bahwa itu memang seekor anjing dengan menganalisis satu tulang secara khusus, dari kaki kiri depan hewan itu. Lebar tulang ini 21 milimeter, yang berada di kisaran tulang anjing Timur Tengah kuno lainnya. Sebagai perbandingan, serigala yang hidup di tempat dan periode waktu yang sama memiliki lebar tulang 24,7 hingga 26 milimter untuk bagian tulang yang sama.

Seni cadas yang ditemukan di wilayah tersebut menunjukkan bahwa penduduk Neolitikum menggunakan anjing saat berburu ibex dan hewan lainnya. Pekerjaan lapangan menemukan artefak penting lainnya, termasuk liontin mutiara berbentuk daun di situs dataran tinggi vulkanik dan manik-manik akik yang ditemukan di situs tanah tandus yang gersang.

Para peneliti berharap bisa mendapat lebih banyak temuan di masa depan sebagai hasil dari survei besar-besaran dari udara dan di darat, dan beberapa penggalian yang ditargetkan di wilayah AlUla yang dilakukan oleh AAKSAU dan tim lain, yang beroperasi di bawah naungan RCU.

Tim AAKSAU ini dipimpin oleh para peneliti dari University of Western Australia di Perth, Australia. Para peneliti mencatat bahwa AlUla adalah daerah yang sebagian besar belum dijelajahi yang terletak di bagian dunia yang memiliki warisan arkeologi yang subur.

Golpayegan petroglyph di Iran, sekitar 10.000–12.000 tahun silam, yang menunjukkan anjing, pemburu, dan elang. (Netbios/Wikimedia)