Jaringan pertama yang diteliti Piombino dan diserahkan ke laboratorium Poinar, berasal dari bagian tubuh yang diawetkan yaitu panggul dan kaki seorang anak. Anak tersebut diperkirakan berusia 2 sampai 4 tahun ketika ia meninggal sekitar tahun 1643-1665.
Tidak ada tanda-tanda penyakit, termasuk bintik cacar yang terlihat pada tungkai kakinya. Laboratorium mengekstrak dan mengelompokkan material genetik dari sampel yang diambil. Langkah ini dilakukan untuk mencari organisme yang disebut JC polyomavirus. Organisme tersebut menjadi minat penelitian dari salah seorang anggota tim tersebut.
Di luar dugaan, dari pemanasan materi genetik pada sampel, para peneliti mendapati lebih dari 200 kecocokan yang diindikasikan sebagai DNA cacar yang pecah, rusak, dan tidak menular.
Baca Juga: Terungkap Misteri Mumi Uskup Abad ke-17 dan Janin Bayi di Sebelahnya
Setelah penelitian lebih lanjut, tim menarik keluar dan memasang kembali seluruh genom dari Variola, virus penyebab cacar, dan kemudian membandingkan genom tersebut dengan catatan dari sampel cacar lainnya. Sampel eksternal tertua berasal dari tahun 1944 dan sampel yang terbaru dari tahun 1977, sebelum penyakit tersebut dinyatakan dapat dibasmi.
Karena sampel modern memiliki ketepatan tanggal koleksi, tim dapat menggunakannya untuk mengukur perbedaan tingkat evolusi di antara mereka. Sama seperti perbedaan antara sampel modern dan sampel dari abad ke-17, mereka dapat memprediksi kesesuaian tingkat saat virus berubah.
"Kita dapat kembali ke masa lalu dan membuat proses evolusi secara terbalik," kata Ana Dugan, salah sorang penulis pertama makalah dan peneliti pasca-kedoktoran di DeGroote Institute.
Baca Juga: Naskah Kuno Alkitab dan Mumi Anak Kecil Ditemukan di Gua Horor Israel