Nationalgeographic.co.id—Hari Raya Idulfitri atau Lebaran identik sebagai hari untuk saling memaafkan. Banyak orang Islam saling berkunjung atau berkirim pesan untuk meminta maaf dan kemudian mendapat maaf.
Bermaaf-maafan bukanlah hal yang mudah, terutama untuk memberi maaf ketimbang meminta maaf. Filsuf Friedrich Nietzsche pernah berkata, "Jauh lebih menyenangkan untuk menyinggung dan kemudian meminta maaf daripada tersinggung dan memberikan maaf."
Meski memberi maaf bukanlah hal yang mudah, upaya ini sebenarnya dapat berdampak positif bagi diri kita sendiri. Terutama untuk kesehatan tubuh kita.
Everett L. Worthington, Jr., Ph.D., Profesor Emeritus Persemakmuran di Virginia Commonwealth University yang mempelajari perilaku-perilaku baik dalam psikologi positif, termasuk pemberian maaf, pernah menulis soal manfaat memaafkan di Greater Good Magazine, publikasi dari Greater Good Science Center di University of California, Berkeley.