Nationalgeographic.co.id—Halima Cisse, seorang perempuan muda Mali berusia 25 tahun, melahirkan sembilan bayi kembar di Maroko pada hari Selasa lalu. Halima kini dalam kondisi sehat. Namun, anak-anak yang terlahir secara prematur itu masih harus dirawat secara intensif.
Youssef Alaoui, direktur medis klinik Ain Borja Casablanca, tempat bayi-bayi itu dilahirkan, mengatakan bahwa sembilan anak Halima adalah terdiri atas lima perempuan dan empat laki-laki. "Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan karena mereka sangat prematur," kata Alaoui, seperti dikutip dari CNN. "Mereka perlu menambah berat badan, mereka perlu menyusui. Ada banyak masalah yang menunggu kami."
Bayi-bayi itu lahir dengan berat antara 1,1 hingga 2,4 pon atau sekitar 0,5 hingga 1 kilogram. Bayi-bayi lahir setelah kehamilan Halima yang hanya berlangsung selama 30 minggu.
Lima bayi diberikan pemasangan ventilator segera setelah mereka lahir melalui operasi caesar tersebut. Lebih dari 72 jam kemudian, tiga bayi masih diintubasi, mengandalkan mesin untuk memompa udara ke paru-paru kecil mereka, ujar Abdelkoddous Hafsi, direktur komunikasi Groupe Akdital yang memiliki klinik tersebut.
Halima diterbangkan ke Maroko oleh pemerintah Mali pada 30 Maret lalu, menurut pernyataan dari kementerian kesehatan Mali. Sebelum dia melahirkan, berat gabungan bayi dan cairan ketuban di dalam rahimnya adalah 66 hingga 88 pon atau sekitar 30 hingga 40 kilogram, menurut Alaoui. Kala itu waktu untuk persalinan prematur yang berbahaya sudah dekat.
Tim dokter meresepkan campuran penghambat saluran kalsium untuk mengontrol tekanan darah Halima. Mereka juga memberikan Halima obat antispasmodik dan perawatan hormonal untuk menunda persalinan selama mungkin.
Baca Juga: Pertama Kalinya di Dunia, Mumi Mesir Ditemukan dalam Kondisi Hamil
"Alhamdulillah kami berhasil menunda persalinan dengan pengobatan yang memadai," kata Dr. Yazid Mourad, ketua ginekolog untuk kasus persalinan tersebut, dalam sebuah video yang dibagikan oleh Groupe Akdital.
Ketika kontraksi Halima dimulai, dibutuhkan tim yang terdiri lebih dari 30 dokter dan paramedis untuk melahirkan anak nonuplet atau kembar sembilan itu dengan aman, kata klinik tersebut dalam sebuah pernyataan. Meski menderita pendarahan selama operasi, Halima kini dalam kondisi stabil, kata Alaoui kepada CNN.
Hingga saat ini Halima belum siap untuk berbicara kepada media. Namun suaminya, Adjudant Kader Arby, mengatakan bahwa masyarakat Mali sangat gembira mendengar berita tentang keberhasilan persalinan tersebut.
"Saya mendapat telepon dari semua orang, bahkan Presiden Republik (Mali). Dia menelepon saya segera setelah dia mengetahui berita itu dan memberi selamat kepada saya," katanya saat berbicara dari Kota Timbuktu di Mali.
Sekitar 15 juta bayi lahir prematur setiap tahunnya. Mayoritas kelahiran prematur tersebut terjadi di Afrika dan Asia Selatan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Unik, Bayi Laki-Laki dari Irak Ini Terlahir dengan Tiga Penis
Komplikasi-komplikasi, seperti kurang berkembangnya organ-organ dalam, yang timbul dari kelahiran prematur adalah penyebab utama kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun. Kemungkinan kelahiran prematur lebih tinggi pada kasus kehamilan kembar. Peluang untuk bertahan hidup dapat ditingkatkan secara dramatis melalui perawatan pascakelahiran yang efektif, kata organisasi di bawah PBB tersebut.
Rekor dunia saat ini untuk jumlah bayi yang dilahirkan dalam sekali kelahiran dan dapat bertahan hidup hingga saat ini dipegang oleh Nadya Suleman. Pada tahun 2009 ia melahirkan enam anak laki-laki dan dua anak perempuan di California, Amerika Serikat.
Baca Juga: Terungkap Misteri Mumi Uskup Abad ke-17 dan Janin Bayi di Sebelahnya
Klinik tempat Halima melahirkan sendiri mengatakan bahwa mereka berencana untuk merawat sembilan bayi kembarnya itu setidaknya selama tiga bulan, bersama ibu mereka. Sistem kekebalan bayi yang kurang berkembang berarti membuat mereka berisiko tinggi terkena infeksi yang berpotensi mematikan, menurut Alaoui.
Meski demikian, Alaoui tetap optimistis terhadap kelangsungan hidup bayi-bayi kembar Halima tersebut. "Kami membutuhkan bayi-bayi ini untuk bertahan hidup. Hanya Tuhan yang akan memutuskan. Kami akan mengerahkan semua sumber daya yang tersedia untuk membuat mereka bertahan hidup," ucapnya.
Adjudant Kader Arby, suami Halima yang kini masih berada di Mali bersama putri tertua mereka, mengatakan kepada BBC bahwa dia terus berhubungan dengan istrinya dan dia tidak khawatir mengenai kondisi istri dan anak-anaknya.
"Tuhan memberikan kami anak-anak ini. Tuhan yang menentukan apa yang akan terjadi dengan mereka. Saya tidak khawatir. Saat Allah menganugerahkan sesuatu, pasti ada alasannya," katanya seperti diberitakan BBC Afrika.