Namun bukan trinitit hijau yang mereka teliti. Menggunakan beberapa teknik seperti pemindaian mikroskop elektron dan difraksi sinar-X, mereka menganalisis enam sampel kecil trinitit merah.
Akhirnya, mereka berhasil menemukan bentuk kuasikristal dari salah satu sampel tersebut, yakni butiran kecil, 20 sisi silikon, tembaga, kalsium dan besi, dengan simetri rotasi lima kali lipat yang mustahil dalam kristal konvensional. Kristal dari hasil uji coba bom nuklir ini adalah sebuah "konsekuensi yang tidak disengaja" dari pemanasan.
"Kuasikristal ini luar biasa dalam kompleksitasnya, tetapi belum ada yang bisa memberi tahu kami mengapa ia terbentuk dengan cara ini," kata Wallace.
"Namun suatu hari nanti, seorang ilmuwan atau insinyur akan mengetahuinya dan skala-skala itu akan terangkat dari mata kita dan kita akan memiliki penjelasan termodinamika untuk penciptaannya. Kemudian, saya berharap, kita dapat menggunakan pengetahuan itu untuk lebih memahami ledakan nuklir dan akhirnya mengarah pada gambaran yang lebih lengkap tentang apa yang diwakili oleh uji coba nuklir. "
Penemuan ini mewakili kuasikristal antropogenik atu hasil buatan manusia tertua yang diketahui, dan menunjukkan bahwa mungkin ada jalur alami lain untuk pembentukan kuasikristal. Misalnya, fulgurit dari pasir cair yang ditempa oleh sambaran petir, dan material dari lokasi tumbukan meteor, keduanya bisa menjadi sumber kuasikristal di alam liar.
Penelitian laporannya telah terbit di jurnal PNAS ini juga dapat membantu kita lebih memahami uji coba nuklir terlarang, dengan tujuan akhirnya untuk mengekang proliferasi persenjataan nuklir, kata para peneliti. Para peneliti meyakini, mempelajari mineral yang ditempa di lokasi pengujian nuklir lain dapat mengungkap lebih banyak kuasikristal lainnya dan sifat termodinamika yang dapat menjadi alat forensik nuklir.