Seperti Manusia, Orangutan Juga Belajar dari Sosok Panutannya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 24 Mei 2021 | 08:00 WIB
Induk orangutan bersama anaknya. ()

Nationalgeographic.co.id—Manusia memiliki sosok panutan berdasarkan jenis kelaminnya, dan berpengaruh untuk kehidupannya. Sosok panutan itu biasanya seperti orangtua yang memberikan contoh, sehingga bisa diikuti lewat pembelajaran sosial bagi anak.

Tak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga orangutan. Sosok panutan dalam orangutan itu diamati oleh para peneliti mancanegara, dan dipublikasikan di PLOS Biology, Rabu (19/05/2021). 

Ternyata baik jantan maupun betina muda orangutan memiliki perbedaan signifikan terkait sosok panutannya. Seiring bertambahnya usia, orangutan jantan muda menganggap pejantan dewasa imigran maupun remaja jantan, dan betina imigran sebagai panutannya.

Baca Juga: Orangutan Tapanuli Menuju Jurang Kepunahan Akibat PLTA dan Perburuan

Sedangkan betina muda lebih memilih induk mereka sebagai panutan, dan mengacu perilakunya. Tetapi ketika para peneliti mengabsenkan induknya, betina yang belum dewasa lebih memilih pada betina dan remaja lokal dari kedua jenis kelamin.

Menariknya, para ilmuwan dalam rilis mereka, perbedaan ini tumbuh ketika orangutan belum dewasa masih berhubungan dengan induknya.

Di masa seperti ini, para induk tampak tak menunjukkan perbedaan dalam pola pergaulannya. Induk yang menjadi sosok panutan ini memukul rata sikapnya agar anak-anaknya untuk belajar.

Kendati demikian, jantan dan betina muda memanfaatkan pembelajaran ini lewat kesempatan atau cara yang berbeda, tulis mereka dalam laporan.

"Perbedaan mengenai panutannya pun tercermin lewat pengetahuan yang dipelajari di lingkup sosial bagi yang belum dewasa," jelas Corolin Schuppli, penulis terakhir penelitian, menanggapi pembelajaran orangutan muda itu.

Baca Juga: Penjelasan PLTA Batang Toru Terkait Ancaman Orangutan Tapanuli

Induk dan anak orangutan di Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. (Riza Marlon)

"Betina cenderung mengembangkan perilaku makan yang serupa dengan induk mereka, sedangkan jantan memperoleh bagian lebih besar dari pengetahuan dari selain induk mereka."

Ketika orangutan harus memilih untuk menetap atau bermigrasi, mereka juga memiliki perbedaan. Perbedaan ini muncul dari cara pengetahuan yang relevan secara ekologis dan dari perilaku khusus jenis kelaminnya.

Ketika orang jantan secara seksual sudah matang, mereka lebih memilih meninggalkan kawasan asal. Lalu bermigrasi ke segala daerah yang berbeda selama beberapa dekade.

Berhubung tak semua pejantan berada di kawasan migrasi yang sama, tentu mereka memiliki sumber makanan yang berbeda. Inilah yang berpengaruh pada penget sumber pengetahuan mereka yang berbeda-beda di setiap pejantan, dan menjadi keuntungan mereka tersendiri.

Baca Juga: Menjaga Habitat, Cara Terbaik Lindungi Orangutan dari Kepunahan

"Kami juga memperkirakan kalau pejantan muda mempelajari perilaku ekologi spesifik terkait gendernya dari jantan dewasa," terang Schuppli. "Orangutan jantan dewasa tidak hanya lebih besar dari betina, mereka juga berbeda dalam perilaku mencari makan dan makannya."

Sebaliknya, orangutan betina justru lebih memilih menetap di tempat mereka dilahirkan. Mereka mendapatkan pengetahuan yang mendalam mengenai kawasan asalnya.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Schuppli dan timnya didapati dari mempelajari orangutan lewat dua stasiun pengamatan di Sumatera dan Kalimantan.

Ragam data itu dikumpulkan, dan mendapati sekitar 3.100 situasi setiap individu dari 50 orangutan muda selama sekitar 13 tahun.

Orangutan Nan Rawan ()

Mereka menulis, pembelajaran sosial terjadi pada orangutan dan sangat penting bagi perkembangan orangutan yang sifatnya semi-soliter. Temuan ini diperkirakan hal ini bisa saja terjadi pada spesies kera besar lainnya, sehingga diperlukan penelitian lanjutan.

Para peneliti berharap lewat temuan ini bisa dipelajari untuk mengembangkan strategi lebih lanjut akan konservasi satwa liar, khususnya orangutan dan kera lainnya. Terutama, pada orangutan yang kehilangan orangtuanya, dan dipelihara oleh manusia untuk dilepaskan ke alam liar.

Baca Juga: Meski Pintar, Kera di Setiap Generasi Harus Belajar dari Nol Lagi