Nationalgeographic.co.id—Akhir Maret lalu Erik Meijaard, salah satu peneliti yang menulis di jurnal PLOS One, mengungkap sub-populasi orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) mendekati masa kepunahannya lewat pembatasan gerak akibat aktivitas PLTA di Batang Toru.
Dalam Current Biology (Vol. 28, Issue. 11 tahun 2018), aktivitas PLTA itu dapat menggenangi 8% habitat, sehingga orangutan yang tersisa kurang dari 800 ekor itu terisolasi.
Isolasi itu, menurut para peneliti, bisa menyebabkan kecacatan genetik lewat perkawinan sedarah pada orangutan. Ancaman kepunahan akan menghantui mereka 100 hingga 500 tahun lagi.
Temuan itu dibantah oleh Agus Djoko Ismanto, Senior Advisor on Environtment PT NSHE yang terlibat dalam proyek PLTA itu.
Proyek PLTA, menurutnya, tak mengganggu aktivitas orangutan Tapanuli karena sudah diteliti dampak lingkungannya. Proyek itu sendiri merupakan komitmen penyelamatan masa depan lingkungan yang beriringan dengan pembangunan.
Baca Juga: Orangutan Tapanuli Menuju Jurang Kepunahan Akibat PLTA dan Perburuan
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR