Goodall juga mengatakan kepada AFP, "Kita harus entah bagaimana menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan lebih hijau. Kita harus memiliki pola pikir baru untuk kelangsungan hidup kita," mengingat krisis yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan hilangnya sumber daya alam.
Goodall terkenal karena karyanya dengan simpanse liar yang mengubah cara kita memandang hewan ini dan hubungannya dengan manusia.
Jane Goodall muda mulanya bekerja sebagai sekretaris kantoran. Namun, Goodall akhirnya bosan dengan kerja kantoran.
Pada usia 23, ia ditawari pekerjaan oleh seorang ahli paleoantropologi terkenal, Louis Leakey, di sebuah museum sejarah alam. Leakey, menurut National Geographic, tahu bahwa Goodaal kurang memiliki pengalaman dalam pelatihan ilmiah formal. Namun hasrat Goodall yang tinggi terhadap kehidupan binatang membuat Leakey memilihnya.
Baca Juga: Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana
Goodall memulai studinya tentang simpanse pada 1960-an di hutan Gombe Tanzania. Dia membuat beberapa penemuan revolusioner saat mengamati hewan-hewan di sana, termasuk bahwa para simpanse mampu membuat dan menggunakan alat-alat. Ini adalah suatu sifat unik yang sebelumnya dianggap hanya dimiliki oleh manusia, lapor Live Science.
Di hutan Tanzania itu juga, Goodall memulai pengamatannya secara lebih serius terhadap simpanse. Ia mulai memberi nama kepada beberapa simpanse, seperti dengan nama Goblin, Freud, dan Frodo.
Ia mengambil pendekatan yang tidak ortodoks dan mulai memahami simpanse bukan hanya sebagai spesies, melainkan individu dengan kepribadian, pikiran yang kompleks, emosi, dan ikatan jangka panjang.
Pada tahun 1977, Goodall mendirikan Jane Goodall Institute, sebuah organisasi konservasi yang mendukung perlindungan simpanse dan mempromosikan kehidupan yang berkelanjutan.
Menurut Jane Goodall Institute, penemuan Goodall tentang praktik pembuatan alat simpanse tetap menjadi salah satu yang paling penting di dunia primatologi.