Jane Goodall: Pandemi Muncul karena Manusia Tak Menghormati Alam

By Utomo Priyambodo, Senin, 24 Mei 2021 | 19:02 WIB
Ahli primata Jane Goodall membungkuk ke depan Jou Jou si simpanse yang menjangkaunya di Brazzaville, (Christantiowati)

Nationalgeographic.co.id—Ahli primata legendaris Jane Goodall mengatakan pandemi COVID-19 telah menyoroti kebutuhan manusia untuk mengembangkan hubungan baru yang lebih berkelanjutan dengan alam. Menurut Goodall, manusia perlu menghormati alam.

"Kita pada dasarnya membawa [pandemi] ini pada diri kita sendiri karena tidak menghormati alam, memaksa hewan lebih dekat dengan manusia, sehingga lebih mudah bagi patogen untuk melompat dari hewan ke manusia," kata Goodall dalam wawancaranya dengan AFP.

"Mudah-mudahan pandemi ini telah menyadarkan masyarakat. Kita harus mengembangkan hubungan baru dengan alam."

Meskipun asal muasal virus corona baru yang menyebabkan COVID-19 belum ditemukan, para ilmuwan mengetahui bahwa virus tersebut berasal dari hewan sebelum menyebar ke populasi manusia.

Goodall melontarkan komentar mengenai hubungan manusia dengan alam itu pada Kamis, 20 Mei 2021, setelah memenangkan Hadiah Templeton 2021.

 

 

Penghargaan yang bernilai 1,5 juta dolar AS itu diberikan untuk menghormati orang-orang yang "memanfaatkan kekuatan sains untuk mengeksplorasi pertanyaan terdalam dari alam semesta dan tempat serta tujuan umat manusia di dalamnya," menurut John Templeton Foundation, yayasan yang memberikan hadiah tersebut. Beberapa penerima penghargaan tersebut sebelumnya antara lain Dalai Lama dan Bunda Teresa.

Goodall mengatakan kepada The Guardian bahwa dia ingin menarik perhatian pada beberapa masalah utama yang dihadapi dunia saat ini. Beberapa di antara masalah tersebut adalah gaya hidup yang tidak berkelanjutan di negara maju dan praktik pertanian yang berbahaya.

 

Baca Juga: Satu Tahun Corona di Indonesia: Pandemi Ini Diprediksi Jadi Endemik

Sore 17 Juni, Jane Goodall bersama salah seorang wisudawan, Alicia Kennedy, ketika melakukan pelepas (Editor)

"Kita memiliki gagasan gila bahwa kita dapat memiliki pembangunan ekonomi yang tidak terbatas di planet dengan sumber daya alam yang terbatas dan populasi manusia dan ternak mereka yang terus bertambah," kata Goodall kepada The Guardian.

"Kita harus mencari beberapa jenis populasi yang berkelanjutan, terutama dari peternakan. Pertanian komersial menghancurkan area habitat yang sangat luas untuk menanam biji-bijian guna memberi makan miliaran hewan ini—dan banyak bahan bakar fosil digunakan dalam prosesnya," imbuh Goodall sepeti juga dikutip oleh Live Science.

Goodall juga mengatakan kepada AFP, "Kita harus entah bagaimana menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan lebih hijau. Kita harus memiliki pola pikir baru untuk kelangsungan hidup kita," mengingat krisis yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan hilangnya sumber daya alam.

Goodall terkenal karena karyanya dengan simpanse liar yang mengubah cara kita memandang hewan ini dan hubungannya dengan manusia.

Jane Goodall muda mulanya bekerja sebagai sekretaris kantoran. Namun, Goodall akhirnya bosan dengan kerja kantoran.

Pada usia 23, ia ditawari pekerjaan oleh seorang ahli paleoantropologi terkenal, Louis Leakey, di sebuah museum sejarah alam. Leakey, menurut National Geographic, tahu bahwa Goodaal kurang memiliki pengalaman dalam pelatihan ilmiah formal. Namun hasrat Goodall yang tinggi terhadap kehidupan binatang membuat Leakey memilihnya.

Baca Juga: Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana

Flint adalah bayi pertama yang lahir di Gombe setelah Jane datang. Bersamanya dia memiliki kesempatan besar untuk mempelajari perkembangan simpanse — dan untuk melakukan kontak fisik, yang tidak lagi dianggap sesuai dengan simpanse di alam. (Hugo Van Lawick)

 

Goodall memulai studinya tentang simpanse pada 1960-an di hutan Gombe Tanzania. Dia membuat beberapa penemuan revolusioner saat mengamati hewan-hewan di sana, termasuk bahwa para simpanse mampu membuat dan menggunakan alat-alat. Ini adalah suatu sifat unik yang sebelumnya dianggap hanya dimiliki oleh manusia, lapor Live Science.

Di hutan Tanzania itu juga, Goodall memulai pengamatannya secara lebih serius terhadap simpanse. Ia mulai memberi nama kepada beberapa simpanse, seperti dengan nama Goblin, Freud, dan Frodo.

Jane Goodall mengatakan bahwa kita pada dasarnya membawa pandemi ini karena tidak menghormati alam. (National Geographic)

Ia mengambil pendekatan yang tidak ortodoks dan mulai memahami simpanse bukan hanya sebagai spesies, melainkan individu dengan kepribadian, pikiran yang kompleks, emosi, dan ikatan jangka panjang.

Pada tahun 1977, Goodall mendirikan Jane Goodall Institute, sebuah organisasi konservasi yang mendukung perlindungan simpanse dan mempromosikan kehidupan yang berkelanjutan.

Menurut Jane Goodall Institute, penemuan Goodall tentang praktik pembuatan alat simpanse tetap menjadi salah satu yang paling penting di dunia primatologi.