Teori Baru Ini Ungkap Cara Memunculkan Mimpi Saat Kita Tidur

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 25 Mei 2021 | 13:00 WIB
Ilustrasi mimpi yang muncul saat tidur. (Victor_Tongdee/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—"Hidup terkadang membosankan. Mimpi ada untuk mengecegahmu terbiasa dengan kondisi dunia," kata Erik Hoel. Sepanjang sejarah, bahkan hingga kini, manusia menganggap mimpi adalah dunia lain yang muncul dalam lelap. Banyak pula karya kreatif dan pemikiran yang terinspirasi dari mimpi. 

Mulai dari Paul McCartney yang menciptakan lagunya Yesterday. Lagu itu awalnya membuatnya harus memeriksa kembali, apakah sudah ada yang buat sebelumnya. Hingga para nabi yang mendapatkan wahyu dari Tuhan lewat mimpinya.

Bagaimana menampilkan mimpi dalam tidur kita?

Baca Juga: Kisah Paul McCartney Ciptakan Yesterday Dalam Mimpi dan Lirik Telur Orak Arik

Sebelumnya, setidaknya ada lima teori terkemuka yang menjabarkan mengapa mimpi bisa terjadi, yakni:

1. Teori Konsolidasi Memori. Teori ini menganggap mimpi adalah rekaman dari peristiwa masa lalu. Maka, mimpi yang hadir adalah cerminannya.

2. Teori Freud. Sigmund Freud percaya jika mimpi menggambarkan hasrat terselubung kita yang ditekankan, dan terdiri dari hal-hal yang nyata dan tersirat.

3. Teori Sintesis-Aktivasi. Mimpi merupakan serangkaian ingatan acak yang muncul bersamaan.

4. Teori Simulasi. Teori ini menganggap mimpi sebagai mekanisme pertahanan kuno untuk melatih diri kita mengatasi ancaman, dan memberi gambaran realitas untuk melatih keterampilan yang penting.

5. Teori Regulasi Emosi. Mimpi dibangun dari rekam jejak emosional, dan bisa berfungsi untuk membantu proses dan pengaturan emosi.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Komunikasi Lewat Mimpi dengan Orang yang Tidur

Kini, berkat perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), Erik Hoel profesor di Tufts University, menemukan teori terbaru terkait mengapa kita bermimpi. Temuan itu ia publikasikan di jurnal Patterns (Vol.2 Issue.5 Mei 2021).

Teori itu disebut sebagai overfitted brain yang muncul sebagai jawaban alternatif perdebatan para ilmuwan terkait mimpi.

Ia juga menyebut, inspirasinya muncul dari bagaimana kita melatih jaringan saraf dalam kita untuk mengenali pola, membahas pengalaman bermimpi sebagai tujuannya, dan memperkirakan keanehan di dalamnya sebagai sebuah fitur.

Dalam studinya, ia berpendapat bahwa keanehan dalam mimpi kita berfungsi untuk membantu otak kita menggeneralisasi pengalaman sehari-hari kita dengan baik.

"Saya mefokuskan pada teori mimpi yang menganggap mimpi itu sendiri dengan sangat serius—yang menyatakan kalau pengalaman mimpi adalah mengapa kita bermimpi," terang Hoel, dilansir Eurekalert.

Saat kita tertidur, sebagian sel dari otak kita masih bekerja. Hal inilah yang memungkinkan mimpi terjadi. (Lutfi Fauziah)

Baca Juga: Sering Mengalami Mimpi Buruk? Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Kita

Dalam pelatihan AI, masalah umumnya adalah menjadi terbiasanya alat itu dengan data yang dilatihnya. Sebab, teknologi itu mengasumsikan bahwa set pelatihan itu adalah gambaran sempuran dari semua yang mungkin ditemuinya.

Para ahli komputer berusaha untuk memperbaikinya dengan memasukan beberapa gangguan ke dalam data. Biasanya berbentuk input yang diacak atau dirusak. 

Masalah umum yang terkait dengan pelatihan kecerdasan buatan (AI) adalah ia menjadi terlalu terbiasa dengan data yang dilatihnya, karena mengasumsikan bahwa set pelatihan ini adalah representasi sempurna dari apa pun yang mungkin ditemuinya.

Ilmuwan mencoba untuk memperbaiki “overfitting” ini dengan memasukkan beberapa kekacauan ke dalam data, dalam bentuk input yang berisik atau rusak.

Baca Juga: Peneliti: Mimpi Merupakan Kelanjutan dari Kehidupan Dunia Nyata

Agar mimpi muncul terkait sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya, kita harus melakukan sesuatu yang baru dan berulang ketika sedang bangun. Ketika kita terlalu banyak berlatih pada hal baru, otak akan terpicu untuk menggeneralisasinya, dan muncullah mimpi. (Thinkstock)

Hal serupa juga terjadi pada otak kita, terutama saat usia bertambah dengan keseharian yang monoton. Keseharian yang monoton ini menjadi suatu 'set pelatihan' kita yang terbatas.

Maka, ia menyarankan sebaiknya otak kita juga melakukan hal serupa saat kita bermimpi, dengan menciptakan dunia yang aneh dalam mimpi. Sebab mimpi terjadi akibat pemahaman kita tentang dunia yang biasa dihadapi.

Misal, agar mimpi muncul terkait sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya, kita harus melakukan sesuatu yang baru dan berulang ketika sedang bangun. Ketika kita terlalu banyak berlatih pada hal baru, otak akan terpicu untuk menggeneralisasinya, dan muncullah mimpi.

"Jika Anda melihat teknik yang digunakan orang dalam regularisasi deep learning, sering kali teknik itu memiliki beberapa kesamaan yang mencolok dengan mimpi," jelas Hoel.

"Hidup terkadang membosankan. Mimpi ada untuk mengecegahmu terbiasa dengan kondisi dunia."

Baca Juga: Sains Tidur: Apa yang Sejatinya Terjadi pada Otak Ketika Kita Tidur?