Laksamana Yi Sun-Shin: Strategi Pertempuran Laut dan Kapal Kura-Kura

By Fikri Muhammad, Kamis, 27 Mei 2021 | 17:34 WIB
Ilustrasi Yi Sun-Shin. (WEAPONSANDWARFARE)

Laksamana Yi Sun-Shin lahir di Seoul pada 28 April 1545 dari sebuah keluarga bangsawan. Ia menikah pada 1564 dan dua tahun kemudian mulai mempelajari seni militer tradisional Korea: memanah, menunggang kuda, dan ilmu pedang. 

Yi Sun-Shin dan istrinya memiliki tiga putra. Pertama adalah Hoe (lahir 1567), Yo (lahir 1571), dan Myon (lahir 1577).

Patung Laksamana Yi Sun-Shin di kota Seoul. (WIKIMEDIA)

Saat invasi Jepang ke Korea, Yi Sun-Shin mulai memperbaiki diri atas kesiapan angkatan laut Korea. Dia sudah lama mempelajari kekuatan dan kelemahan praktik angkatan laut Korea dan Jepang dan mengetahui bahwa Jepang mengandalkan kekuatan bela diri terbesar mereka, yakni samurai dan pemanah.

Untuk memaksimalkan kekuatan itu, Jepang telah membangun kapal berseri lebar yang membawa sejummlah besar kapal tentara. Strategi mereka adalah mendekati kapal musuh sedekat mungkin dan menyapu mereka dengan tembakan panah, sampai dek musuh cukup jelas untuk disapu infanteri. Pasukan laut Jepang menakutkan dalam pertempuran jarak dekat, tapi bukan berarti tidak memiliki kelemahan.

Seperti pembangunan karavel di Eropa Barat, orang Korea membangun kapal dengan "kastil" untuk melindungi awak mereka dari serangan panah dan senapan yang diperoleh di Asia dari perdagangan Portugis dan Cina. Korea juga memasang meriam pada kapal bernama Geobukseon atau kapal kura-kura yang sebetulnya sedang dibangun sejak awal 1414.

Baca Juga: Sisik Melik di Balik Aksara Cina di Papan 'Kopi Es Tak Kie' Glodok