Einstein dan Politik: Mendukung Hak Yahudi hingga Menolak Israel

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 28 Mei 2021 | 17:00 WIB
Potongan surat Einstein yang mengungkap pelariannya dari Nazi. (Nate D. Sanders Auctions)

Secara ideologi, Isaacson menulis, Einstein adalah seorang federalisme dunia, internasionalisme, pasifisme, dan sosialisme demokratis, yang mendukung kebebasan. Einstein mempelajari paham itu saat kecil oleh mentornya, Jost Winteler yang berhaluan liberal, ketika dia pindah ke Swiss.

Ia meminati paham ini untuk dipelajari terutama saat Jerman kondisinya sangat militeristik dan nasionalisme keras. Einstein alergi akan hal itu. Ia bahkan pada 1916 menjadi salah satu anggota pendiri Partai Demokratik Jerman yang liberal, walau tidak begitu aktif.

Ideologi poltiknya berkembang ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman pada 1933 dengan dominasi partai Nazi. Peristiwa holocaust (1941-1945) membuatnya menjadi seorang zionis yang mendukung hak-hak sipil bagi orang Yahudi.

Baca Juga: Surat Albert Einstein yang Berisi Rumus E=MC2 Dijual Rp17,2 Miliar

Albert Einstein di tahun 1905. Albert Einstein adalah ahli fisika keturunan Yahudi. Pandangan politiknya lebih mengarah pada isu kemanusiaan dan menolak fasisme Nazi dan Israel. (Public Domain)

 

Semenjak Hitler berkuasa, Einstein pun berpindah ke Amerika Serikat. Di sana ia bertemu dengan tokoh-tokoh zionis. Pada awalnya ia mendukung zionisme karena hak asasi manusia, dan mendukung national homeland untuk Yahudi di Mandat Inggris di Palestina. 

Hal ini dibuktikan lewat suratnya yang ditujukan pada perdana menteri India, Jawaharlal Nehru, 13 Juni 1947.

Einstein sebenarnya sudah lama mendukung gerakan zionisme dalam berpartisipasi untuk mendirikan Hebrew University di Yersulem pada 1925.

Ia menginiasiasi agar Institute of Agriculture didirikan terlebih dahulu untuk menyelesaikan permasalahan tanah.

Selanjutnya Chemical Institute dan Microbiology Institute demi menangani epidemi. Terakhir ia menyarankan Oriental Studies Institute yang disajikan pembelajaran bahasa Ibrani dan Arab untuk kajian sejarah dan budaya.