Nationalgeographic.co.id—Sekelompok arkeolog menemukan enam lubang pengorbanan yang berisi sekitar 500 artefak di kota kuno Sanxingdui di Tiongkok. Beberapa artefak tersebut adalah topeng-topeng emas dan perunggu.
Situs arkeologi tersebut terletak sekitar 930 mil atau sekitar 1.500 kilometer barat daya Beijing, menurut laporan Xinhua, kantor berita yang dikelola oleh pemerintah Tiongkok.
Artefak-artefak tersebut berasal dari sekitar 3.000 tahun, saat kerajaan kuno Shu memerintah wilayah bagian Tiongkok ini. Selain mendapatkan topeng-topeng, para arkeolog juga menemukan artefak-artefak perunggu dengan ukiran naga dan sapi, miniatur patung gading, sutra, beras berkarbonisasi (beras yang telah berubah menjadi karbon) dan benih pohon, lapor Xinhua.
"Anehnya, kami menemukan beberapa benda dari perunggu yang belum pernah terdengar sebelumnya," kata Lei Yu, seorang arkeolog dari Institut Penelitian Arkeologi dan Relik Budaya Provinsi Sichuan (Sichuan Provincial Cultural Relics and Archaeology Research Institute), kepada Xinhua.
"Misalnya, beberapa benda dari perunggu besar dan halus memiliki desain naga atau sapi yang tampak aneh," bebernya.
Baca Juga: Geolog Singkap Misteri Temuan Pipa Berusia 150.000 Tahun di Tiongkok
Para peneliti belum menemukan sisa-sisa manusia di dalam lubang-lubang tersebut. Selain itu, mereka juga belum tahu pasti fungsi apa yang dimiliki lubang-lubang tersebut.
Meski begitu, penemuan enam lubang tersebut bisa memberikan petunjuk tentang ritual yang dilakukan masyarakat Kerajaan Shu saat itu.
Live Science mencatat, penggalian arkeologi itu bermula saat seorang petani lokal di Guanghan secara tidak sengaja menemukan situs Sanxingdui tersebut pada tahun 1929. Kala itu dia menemukan sebuah lubang berisi artefak-artefak batu giok.
Situs tersebut masih belum terkanal dan tidak mendapat perhatian di kalangan arkeolog hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Barulah pada tahun 1986 situs itu menjadi tenar setelah para arkeolog menemukan dua lubang berusia 3.200 tahun yang berisi ribuan artefak di wilayah tersebut.
Baca Juga: Penemuan Mumi Perempuan Singkap Gaya Hidup Zaman Dinasti Ming
Lubang-lubang itu, yang terletak di sebelah lubang-lubang yang baru ditemukan ini, juga tidak memiliki sisa-sisa manusia. Para ilmuwan memperdebatkan untuk apa lubang-lubang itu digunakan, kata Chen Shen, kurator senior seni dan budaya Tiongkok di Royal Ontario Museum di Toronto dalam tulisan di bukunya yang berjudul "Anyang and Sanxingdui: Unveiling the Mysteries of Ancient Chinese Civilizations". Buku itu diterbitkan oleh Royal Ontario Museum pada tahun 2002.
"Beberapa ilmuwan percaya lubang-lubang itu semacam tempat penguburan, tapi tanpa kerangka manusia. Tubuh yang dikuburkan mungkin telah menjadi abu sebagai hasil dari upacara pembakaran ritual," tulis Shen dalam bukunya.
Baca Juga: Penemuan Mumi Perempuan Singkap Gaya Hidup Zaman Dinasti Ming
Kemungkinan lain adalah bahwa lubang-lubang itu mungkin terkait dengan perubahan politik yang sedang terjadi di wilayah tersebut. Shen mencatat bahwa orang-orang perlahan-lahan meninggalkan situs Sanxingdui sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sementara situs tersebut perlahan-lahan menjadi telantar, Kerajaan Shu tetap hidup sampai ditaklukkan oleh negara bagian lain bernama Qin pada tahun 316 Sebelum Masehi.
Penggalian enam lubang yang baru ditemukan dan analisis terhadap artefak-artefak yang ditemukan di dalamnya itu kini masih berlangsung. Hanya ada sedikit sumber tekstual yang membahas apa yang terjadi pada periode Kerajaan Shu, sehingga lebih sulit untuk menentukan untuk apa lubang-lubang itu digunakan.
Baca Juga: Geolog Singkap Misteri Temuan Pipa Berusia 150.000 Tahun di Tiongkok