Wabah Tikus Melanda Australia Timur: Pasien-Pasien Rumah Sakit Digigit

By Utomo Priyambodo, Minggu, 30 Mei 2021 | 10:00 WIB
Wabah tikus di Australia. (CSIRO)

Penelitian mereka menemukan adanya kandungan racun tersebut pada ular macan pemakan katak, kadal omnivora yang memakan tumbuh-tumbuhan dan siput, dan ular pemakan tikus.

"Banyak reptilia—pemangsa alami tikus—juga akan mengalami bioakumulasi rodentisida, dan karena reptilia tampaknya mampu bertahan sedikit lebih lama setelah serapan rodentisida, mereka sendiri kemudian menjadi 'bom waktu beracun', menunggu untuk meracuni pemangsa yang mungkin memakannya," ujar Bill Bateman, ahli biologi konservasi dari Curtin University.

"Rodentisida generasi pertama bekerja lebih lambat tetapi juga rusak lebih cepat sehingga berdampak lebih kecil pada hewan-hewan asli yang mungkin memakan tikus beracun."

"Mengobati wabah tikus rumahan dengan konsekuensi ekosistem yang tidak seimbang sebenarnya bukan pilihan yang pantas di Australia, mereka hanyalah sesuatu yang harus kita jalani," kata Watson, menjelaskan bahwa jauh sebelum tikus-tikus mendarat di pantai, Australia telah terbiasa memiliki wabah hewan lain, yakni wabah belalang.

Baca Juga: Karut-Marut Pagebluk Pes Pertama di Hindia Belanda

Tikus rumahan yang bernama latin Mus musculus adalah spesies pendatang di Australia. Namun, hewan-hewan ini mampu beradaptasi dengan sangat baik untuk menanggung tahun-tahun kekeringan di Australia. (CreativeNature_nl)

Umumnya, siklus 'boom and bust' lingkungan semacam ini adalah hal yang alami di Australia. Sebab adanya pola hujan benua yang tidak dapat diprediksi di wilayah tersebut.

"Australia harus berinvestasi dalam penelitian untuk fasilitas penyimpanan biji-bijian yang kurang permeabel terhadap tikus," saran Davis dan rekan-rekannya. Hal ini adalah sebuah upaya untuk mencoba meminimalkan makanan yang tersedia bagi tikus-tikus tersebut.

Banyak burung pemangsa yang secara alami memakan tikus yang populasinya menurun karena hilangnya habitat akibat meningkatnya urbanisasi dan penanaman monokultur seluas hektar, jelas Watson. Burung-burung itu antara lain burung layang-layang bahu hitam, burung hantu boobook, dan burung paruh kodok cokelat.

 

Jadi, menjaga struktur habitat tempat hidup predator-predator tersebut, seperti singkapan berbatu dan sisa vegetasi, juga penting.

"Burung-burung pemangsa, para karnivora asli, ular, dan kadal besar --mereka adalah pertahanan garis depan kita dalam melawan wabah tikus," tegas Bateman.

Karenanya, meracuni predato-predator ini hanya akan membuat pengendalian populasi tikus lebih sulit dalam jangka panjang.

"Anda benar-benar dapat mengurangi populasi burung pemangsa," kata Watson kepada CNN. "Bisa memakan waktu 15 hingga 20 tahun bagi mereka untuk mulai kembali, dan sementara itu kita tidak memiliki kendali alami untuk wabah tikus berikutnya yang datang."