Empat Kota yang Benar-Benar Tenggelam, 'Alantis' Versi Nyata

By Utomo Priyambodo, Kamis, 3 Juni 2021 | 11:12 WIB
Ilustrasi kota tenggelam. (JERRYE AND ROY KLOTZ MD/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Sejak dulu hingga sekarang manusia cenderung untuk membangun permukiman yang dekat dengan sumber air. Sebab, manusia membutuhkan air untuk bertahan hidup.

Akses ke sumber daya alam yang berharga ini telah menjadi faktor penting bagi manusia dalam memutuskan di mana mereka akan membuat rumah-rumah mereka sejarah. Bangunan permukiman di dekat sungai, danau, dan mata air memberi para pemukim akses ke air bersih untuk keperluan rumah tangga dan pertanian. Selain itu, ketersediaan ikan di badan perairan juga berarti menyediakan sumber makanan yang dapat diandalkan bagi para pemukim di sekitarnya.

Kebanyakan kota-kota besar atau pusat permukiman berada di dekat laut. Hal ini akan membuat para pemukimnya jadi lebih muda ketika ingin berlayar ke pulau lain atau ke pesisir lain. Sejarah mencatat, oermukiman pesisir memungkinkan kapal-kapal yang lebih besar untuk datang dan pergi, meningkatkan perdagangan, dan meningkatkan ekonomi lokal.

Banyak kota pelabuhan kemudian dibangun. Namun begitu, tepi laut tidak selalu menjadi tempat yang aman untuk menetap.

Banyak kota pesisir yang telah hilang akibat naiknya air laut. Kota Atlantis adalah kisah legenda mengenai salah satu kota yang diyakini dulu pernah ada, tapi kemudian tenggelam oleh air laut.

Dalam kehidupan nyata, beberapa kota di dunia memang terbukti pernah hilang tenggelam ke dalam air. Tidak perlu diperdebatkan lagi apakah tenggelamnya kota-kota ini benar-benar terjadi atau hanya mitos legenda.

Berikut ini empat dari banyak kota di dunia yang benar-benar telah tenggelam, seperti dikutip dari Live Science. Kota-kota ini bisa juga kita sebut sebagai "Atlantis" versi nyata.

Kota kuno Shi Cheng berdiri sekitar 1.300 tahun silam. Kota ini juga dikenal sebagai Kota Singa (atau Lion dalam bahasa Inggris) karena terletak di provinsi Zhejiang, yang dikelilingi oleh lima Pegunungan Singa. Sekitar 50 tahun silam, kota ini dibanjiri ketika pemerintah membangun bendungan yang mengubah lembah menjadi danau. (Diver Institute of Technology)

1. Lion City, Tiongkok

Kota ini tenggelam pada tahun 1959. Kota ini berada di sebuah lembah di Provinsi Zhejiang, Tiongkok.

Kota ini tenggelam karena sengaja dibanjiri dengan air sebagai bagian dari proyek Bendungan Sungai Xin'an untuk menghasilkan tenaga air untuk wilayah tersebut. Dari lembah yang dibanjiri air bendungan itu kini terciptalah Danau Qiandao.

Danau Qiandano memiliki kedalaman antara 80 hingga 100 kaki atau sekitar 25 hingga 40 meter. Dan di bawah permukaan danau buatan manusia itu, terdapat sebuah kota kuno yang membeku seiring berjalannya waktu.

Kota kuno di bawah danau itu diyakini telah berusia sekitar 1.400 tahun, meskipun beberapa orang meyakini struktur tertentu pada kota itu berusia lebih tua.

Kota ini pernah berdiri di kaki Gunung Wu Shi (Lima Singa). Sering disebut sebagai Atlantis dari Timur, menurut BBC, kota ini ditemukan kembali pada tahun 2001 dalam perjalanan menyelam dan merupakan peninggalan yang terpelihara dengan baik pada masanya.

Ada banyak ukiran rumit naga, burung phoenix, dan singa pada sejumlah artefak lengkungan kayu rumah-rumah di kota tersebut. Kuil, pagoda, dan struktur lainnya di kota tenggelam itu juga tetap utuh berkat kemurnian airnya, memberi para arkeolog wawasan baru yang lebih dalam terkait desain arsitektur Tiongkok kuno.

2. Saeftinghe, Belanda

Permukiman ini tenggelam pada tahun 1584. Di daerah rawa yang kini dikenal sebagai Tanah Tenggelam Saeftinghe, dulunya ada sebuah desa yang makmur. Pada abad ke-13, orang-orang di sana mengeringkan rawa tersebut sehingga mereka bisa membangun di tanah yang subur.

Mereka juga membangun tanggul di sekitar tanah reklamasi untuk melindunginya dari banjir. Sebagian besar tanah di sekitar Saeftinghe hilang dalam banjir pada 1570, tetapi pukulan terakhir datang selama Perang 80 Tahun pada 1584.

Tentara Belanda yang berperang dalam perang kemerdekaan dari Spanyol terpaksa menghancurkan penghalang tanggul terakhir saat mempertahankan Antwerpen. Akibatnya, aliran air Scheldt mengambil alih kota tersebut, menurut Het Zeeuwse Landschap, situs resmi daerah tersebut.

Saat ini, permukiman itu terkubur di bawah lapisan pasir dan tanah liat. Ada batu bata permukiman yang ditemukan di daerah tersebut yang mungkin milik biara yang tersapu oleh banjir.

Saeftinghe hilang dalam banjir pada 1570, tetapi pukulan terakhir datang selama Perang 80 Tahun pada 1584 (Tumblr)

Baca Juga: Kota-Kota Besar Dunia Akan Tenggelam, Bagaimana dengan Jakarta?

3. Port Royal, Jamaika

Kota yang dijuluki sebagai surga bajak laut Karibia ini tenggelam pada 7 Juni 1692. Kota ini dikenal sebagai "kota paling jahat di Bumi," menurut BBC, sebelum gempa bumi dahsyat dan tsunami yang mengikutinya menyeret dua pertiga kota tersebut ke bawah gelombang air.

Guncangan dan gelombang air yang kuat menyapu 2.000 atau lebih bangunan bata, yang tergeser dan tampak mengalir ke laut. Dari perkiraan 6.500 penduduk kota pada saat itu, 2.000 diperkirakan tewas dalam gempa bumi dan tsunami tersebut. 3.000 lainnya meninggal karena cedera dan penyakit setelahnya, menurut UNESCO.

Port Royal, kota di Hindia Barat, yang tenggelam ditelan gempa bumi hebat pada abad ke-17. (Texas A&M University.)

4. Rungholt, Jerman

Permukiman ini tenggelam pada tahun 6300 Sebelum Masehi. Desa Neolitik ini terletak 26 hingga 39 kaki atau 8 hingga 12 meter di bawah Laut Mediterania, tersembunyi selama lebih dari 8.000 tahun sampai arkeolog laut Ehud Galili menemukannya.

Galili menemukan desa itu saat mensurvei area bawah laut tersebut untuk mencari bangkai kapal pada tahun 1984, seperti dikutip dari New Scientist. Sekarang desa kuno tersebut dianggap sebagai salah satu permukiman terendam tertua yang pernah ditemukan.

Penggalian yang cermat telah mengungkapkan rumah-rumah persegi panjang dengan perapian dan sisa-sisa sumur batu kering. Salah satu temuan paling menarik adalah struktur megalit —mirip batu-batu Stonehenge— yang dibangun di sekitar mata air di wilayah permukiman tersebut. Struktur tersebut terbuat dari tujuh batu besar dengan berat masing-masing sekitar 1.300 pon atau 600 kilogram.

Situs pemakaman dan sisa-sisa manusia juga sempat ditemukan di wilayah tersebut. Hasil sebuah studi menunjukkan bahwa tsunami kemungkinan menjadi penyebab ditinggalkannya permukiman tersebut.

Desa yang tenggelam pada 6300 Sebelum Masehi di Rungholt, Jerman. (SHZ)

Baca Juga: Tenggelamnya Kota-Kota Dunia, Jakarta dan Bangkok Paling Cepat Kelelap