Mirip Cokelat Harry Potter, Temuan Katak Spesies Baru di Papua Nugini

By Utomo Priyambodo, Kamis, 3 Juni 2021 | 13:16 WIB
Litoria mira, speies baru katak pohon yang ditemukan di Papua Nugini ini mirip cokelat kodok yang ada di film Harry Potter. (Steve Richards/South Australian Museum)

Science Alert melaporkan bahwa keunikan bentuk tubuh katak ini menjadi alasan mengapa para peneliti memutuskan untuk menamai spesies katak baru yang mirip cokelat itu sebagai Litoria mira. Dalam bahasa Latin, mira berarti aneh atau mengejutkan.

Penelitian di Papua Nugini ini awalnya bertujuan untuk melihat lebih dalam pada genus katak pohon Australasia yang dikenal sebagai Litoria di seluruh wilayah Australia dan Papua Nugini (New Guinea).

Di dunia katak, ada sedikit kebingungan dan perdebatan mengenai apakah katak pohon Australia yang umum termasuk dalam keluarga Litoria atau bukan. Pada tahun 2016, para peneliti menerbitkan sebuah penelitian di jurnal Biotaxa di mana mereka membagi keluarga Litoria menjadi beberapa genera terpisah. Ini mengarah pada kesimpulan bahwa katak pohon hijau Australia yang umum sebenarnya lebih banyak berada di bawah genus Ranoidea.

Baca Juga: Spesies Krustasea 'Raksasa' Pemakan Bangkai Ditemukan di Laut Dalam

Cokelat kodok muncul di film Harry Potter and the Sorcerer's Stone. Cokelat kodok ini hidup dan bisa melompat. Pembungkusnya menyisipkan kartu berlukiskan para penyihir yang seolah hidup. (Warner Bros.)

Meskipun demikian, beberapa ilmuwan skeptis. Mereka mengutip data yang hilang dalam analisis genetik sebagai alasan di balik kesimpulan tersebut.

Tim peneliti tersebut menyelidiki habitat katak pohon hijau yang dikenal sebagai Litoria caerulea, menelusurinya di seluruh Australia dan bagian utara Papua Nugini. Kedua daratan itu hanya berjarak 150 kilometer pada jarak terdekatnya dan pernah dihubungkan oleh jembatan darat ketika planet ini lebih dingin, dan permukaan air laut lebih rendah.

Para peneliti berhipotesis bahwa mungkin ada pembauran yang signifikan antara spesies dari kedua wilayah tersebut, termasuk katak pohon hijau biasa. Hal ini mengakibatkan kemampuan katak untuk berkembang biak di berbagai iklim, seperti di Papua Nugini, di mana sebagian besar terdapat hutan hujan, dan di Australia utara, terutama di sabana.