Para ilmuwan saat ini sedang mempelajari bagaimana perubahan iklim akibat pengaruh aktivitas manusia mengubah Samudra Selatan. Para ilmuwan telah mempelajari bahwa air laut yang bergerak melalui ACC kini menjadi lebih panas, tetapi tidak jelas seberapa besar pengaruhnya terhadap Antarktika. Beberapa pencairan paling cepat dari lapisan es atau beting es di Antarktika dalam tahun-tahun terakhir terjadi di bagian-bagian yang paling dekat dengan ACC.
Selain arusnya membantu menjaga Antarktika tetap dingin, Samudra Selatan selama ini juga berbeda secara ekologis. Ribuan spesies hidup di sana dan tidak ada di tempat lain.
Samudra Selatan "mencakup ekosistem laut yang unik dan rapuh yang merupakan rumah bagi kehidupan laut yang menakjubkan seperti paus, penguin, dan anjing laut”, catat Enric Sala, Explorer in Residence National Geographic.
Terlebih lagi, Samudra Selatan juga memiliki efek ekologis di tempat lain. Paus bungkuk, misalnya, memakan krill di Antarktika dan bermigrasi jauh ke utara menuju musim dingin di ekosistem yang sangat berbeda di Amerika Selatan dan Tengah. Beberapa burung laut bermigrasi masuk dan keluar juga.
Dengan menetapkan Samudra Selatan sebagai samudra baru, National Geographic Society berusaha menarik perhatian masyarakat pada keberadaan samudera tersebut. National Geographic Society berharap hal ini dapat mempromosikan upaya konservasi di wilayah tersebut.
Tait mengatakan kebijakan baru National Geographic ini akan berdampak pada bagaimana anak-anak yang menggunakan peta di sekolah. Juga pada bagaimana mereka belajar melihat dunia.
“Saya pikir salah satu dampak terbesar adalah pada pendidikan,” katanya. “Para murid mempelajari informasi tentang dunia laut melalui samudra apa yang Anda pelajari. Jika Anda tidak memasukkan Samudra Selatan maka Anda tidak mempelajari itu secara spesifik dan betapa pentingnya itu.”