Esok harinya saat kembali ke rumah di Depok, Murad baru tahu bahwa sejumlah jenderal dibunuh dan PKI dituduh terlibat. Tapi dia tidak berusaha bersembunyi.
Saat situasi genting itu, Murad sempat datang ke kantor PKI. Markas yang biasanya ramai itu seketika sunyi senyap. Murad pun ditangkap beberapa hari kemudian.
Murad dipenjara berpindah-pindah. Dari tahanan Bogor, Bandung, Salemba, kemudian di Pulau Buru pada 1971.
Ia diisolasi di Unit 15, khusus para petinggi PKI dan mahasiswa yang pernah dikirim Sukarno belajar ke luar negeri. Murad bebas pada 1979. Istrinya Noer Cahya, meninggal tak lama setelah bebas dari penjara wanita Pelantungan, Kendal, Jawa Tengah.
Murad adalah lulusan fakultas ekonomi dari Universitas Lumumba Moskow dan berkawan dengan banyak sastrawan seperti Chairil Anwar. Sebelum meninggal, ia tinggal di Depok dan hidup dari menerjemahkan buku.
Dokter Soetanti, istri Aidit bertengkar keras dengan suaminya pada malam 30 September. Tanti ingin suaminya tetap tinggal di rumah dan tidak mengikuti kemauan para penjemputnya, tetapi Aidit memilih pergi.
Tiga hari setelah malam itu Tanti menghilang dari rumah meninggalkan tiga anak laki-lakinya yang masih kecil. Belakangan ini baru terungkap bahwa Tanti menyusul suaminya ke Boyolali dan bertemu Bupati Boyolali yang juga tokoh PKI. Tak lama dari sana ia kembali ke Jakarta dengan menyamar. Tanti dan Bupati itu pura-pura jadi sepasang suami istri. Agar aksi penyamaran ini sukses "dua orang bocah kemudian diambil sebagai anak angkat," kata Ilham.