Lima Fenomena Ini Belum Terpecahkan, Menarik untuk Menelitinya?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 11 Juni 2021 | 20:00 WIB
Ilustrasi berpikir (SIphotography/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Banyak fenomena yang terjadi di sekitar kita yang sebelumnya belum terungkap, perlahan-lahan terjawab. Semua berkat kemajuan pengetahuan umat manusia untuk mencari tahu jawabannya, termasuk melalui penelitian ilmiah.

Penelitian dapa dimulai dari hipotesis, dugaan awal yang berdasarkan permasalahan yang nyata dan relevan dengan apa yang hendak dicari jawaban pastinya. Hipotesis kemudian baru terjawab ketika penelitian sudah menemukan hasilnya, lewat berbagai macam metode.

 

Kemudian hasil penelitian bisa dikembangkan menjadi masalah yang bisa dimanfaatkan peneliti lain, untuk menghasilkan jawaban baru berikutnya.

Namun, ternyata ada beberapa hal yang sebenarnya di sekitar manusia tetapi masih menjadi misteri. Berikut adalah beberapa fenomena yang membuat para ilmuwan di belahan dunia harus menggaruk kepalanya sekian lama. Menguap karena tertular

Menguap memang hal yang lumrah dilakukan setiap pagi, tetapi para ilmuwan belum yakin pasti mengapa kita melakukannya. Salah satu teori populer menyebut menguap bisa membantu tubuh Anda membawa lebih banyak oksigen. Teori ini selanjutnya terbantahkan. 

Baca Juga: Fosil Ikan Purba Ditemukan, Bentuknya Mirip Hiu Bersirip Pari Manta

ilustrasi seseorang yang sedang menguap (AntonioGuillem)

Ada juga yang menyebut menguap adalah perilaku termoregulasi yang mendinginkan otak. Tetapi para peneliti sendiri belum jelas mengenai fungsi biologisnya (Gallup A.C & Eldakar O.T, 2011).

Sebuah studi di Cognitive Brain Research (Vol 23 tahun 2005) mencoba mengungkap mengapa menguap bisa menular di antara makhluk sosial seperti manusia.

Ternyata jaringan di otaklah yang bekerja atas ratas empati dan keterampilan sosial diaktifkan ketika kita melihat orang menguap. Para peneliti menemukan pula bahwa simpanse dapat 'menangkap' tanda menguap daroi manusia.

Hal itu bekerja lewat ekspresi wajah yang disalin oleh otak kita dan diadopsi agar bisa memahami keadaannya. Berdasarkan penelitian pada 2015 mengembangkan pemaparan itu, dan menemukan hasil bahwa psikopat tidak begitu rentan pada menguap yang menular.

Baca Juga: Peneliti Menjawab Mengapa Menguap Dapat Menular Kepada Orang Lain

Tetapi belum jelas, lantaran dalam beberapa kasus ada yang ikut menguap meskipun tidak melihat orang pertama.

Paus bungkuk yang kini hidup berkelompok

Migrasi paus bungkuk. (Solarseven/Getty Images/iStockphoto)

Sejatinya, paus bungkuk memiliki sifat untuk hidup menyendiri. Dalam laporan para ilmuwan di PLOS One pada 2017, menemukan paus hidup dalam kelompok yang sangat besar. Paus bungkuk bahkan memberi makan 20 hingga 200 kawanannya di lepas pantai Afrika Selatan berdasarkan pengamatan yang dilakukan bertahun-tahun.

Melanisr New Scientist, kelompok besar yang tidak biasa itu diperkirakan karena populasinya meningkat, sehingga kebiasaan mereka berubah. Meski demikian, para ilmuwan belum bisa memastikan anggapan itu mutlak.

Dengkuran kucing

Garli 2.0, kucing hasil kloning pertama di Tiongkok. (Sinogene)

Selama ini dengkuran kucing dianggap sebagai tanda dirinya sedang bahagia dan santai. Anak kucing yang bersama induknya juga mendengkur sebagai tanda kepastian dan ikatan. 

Di sisi lain dalam laporan BBC, beberapa dokter hewan berpendapat, dengkuran bermanfaat untuk membantu tulang tumbuh dan perkembangan anak kucing, berdasarkan frekuensinya.

Para ilmuwan terkejut ketika menemukan dengkuran saat kucing mengalami kesakitan. Diperkirakan frekuensi dengkuran yang semakin tinggi memilki peran terapi modern untuk menyembuhkan tulang yang rusak dan jaringan lainnya.

Baca Juga: Sampai Umur Berapa Seekor Kucing Bisa Hidup Menemani Pengasuhnya?

Sehingga dapat membantu menenangkan diri, dan menyembuhkan ketika sakit atau terluka.

Dengkuran kucing sendiri muncul dari penyempeitan alternatif dan relaksasi otot-ototnya di sekitar laring ketika mereka menarik-membuang napas.

Kawah misterius di Siberia

Kawah Patomsky di Siberia (Wikimedia)

Menurut kepercayaan lokal setempat, situs ini disebut 'Sarang Elang Api' dan diyakini berhubungan erat dengan kematian. Hal itu bisa dilihat bagaimana tak ada tumbuhan yang hidup selain di hutan yang mengelilinginya.

Kawah raksasa ini diberi nama Patomsky, yang merupakan gundukan batu kapur dengan lebar sekitar 160 meter dan tinggi 42 meter. Patomsky kemungkinan terbentuk 500 tahun yang lalu, dan baru ditemukan oleh Vadim Kolpakov, ahli geologi Rusia pada 1949.

Baca Juga: Polemik Sci-Hub: Penolong atau Penghambat Perkembangan Sains Dunia?

Awalnya kawah ini diduga akibat ledakan nuklir atau pesawat ruang angkasa yang jatuh, tetapi tidak menyisakan bukti yang kuat. 

Menilik Science Alerttemuan terbaru berteori bahwa kawah ini terbentuk akibat ledakan uap yang terjadi selama penempatan magama ke dalam batuan hidro, atau disebabkan patahan dan komprensi batuan hidro yang memanas.

"Hutan Menari" di Staliningrad

 

Hutan Menari di Kaliningrad, Rusia. (Wikimedia)

Pohon pinus semestinya tegak berdiri dan menjulang. Kondisi ini berbeda dengan "Hutan Menari" di kawasan Kaliningrad, Rusia. Pohon pinus di sana berkerut menjadi spiral, cincin, dan bentuk aneh lainnya.

Melansir Atlas Obscura, para peneliti berteori penyebabnya adalah angin ekstrim, tanah yang labil, dan gangguan dari uat bulu.

Warga setempat bahkan menyebutnya sebagai 'Hutan Mabuk' dan diyakini bentuknya demikian karena mukjizat. Sebelum Perang Dunia II, kawasan ini menjadi latihan sekolah gliding Nazi Jerman.