Dalam eksperimen di Indonesia para peneliti bekerja dengan masyarakat lokal di wilayah kota Yogyakarta seluas 26 kilometer persegi. Para peneliti kemudian membagi wilayah tersebut menjadi 24 kelompok geografis.
Antara Maret dan Desember 2017, tim secara acak menyebarkan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia di 12 kelompok yang dikenal sebagai kelompok intervensi. Adapun 12 kelompok lainnya tidak menerima penyebaran nyamuk yang terinfeksi Wolbachia sehingga 12 cluster ini dijadikan sebagai kelompok kontrol. Semua kelompok dalam penelitian ini terus mempraktekkan tindakan pengendalian nyamuk lokal selama percobaan.
Baca Juga: Masuk Musim Hujan, Nyamuk Wolbachia Jadi Andalan Tekan Kasus DBD
Para peneliti kemudian merekrut orang-orang berusia antara 3 dan 45 tahun yang datang ke klinik perawatan primer dengan segala jenis demam yang tidak dapat dibedakan selama 27 bulan berikutnya. Mereka menggunakan tes laboratorium untuk mengidentifikasi mana yang terkena DBD dan mana yang tidak.
Selama eksperimen, mereka menguji total 8.144 peserta. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa hanya 67 orang (atau 2,3 persen) di kelompok intervensi yang terkena DBD. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan 9,4 persen orang (318 kasus) DBD di kelompok kontrol.
Secara keseluruhan, memasukkan nyamuk pembawa bakteri ke dalam populasi nyamuk Aedes aegypti ini dapat mengurangi penyebaran DBD sebesar 77,1 persen. Hasil ini serupa terhadap keempat subtipe demam berdarah.