Sains Terbaru: Eksperimen Sebar Nyamuk Aedes aegypti di Yogyakarta

By Utomo Priyambodo, Senin, 14 Juni 2021 | 19:07 WIB
Nyamuk Aedes aegypti betina membutuhkan darah untuk proses berkembang biak. (Getty Images/iStockphoto)

Studi yang hasilnya telah terbit di New England Journal of Medicine ini juga menemukan bahwa 86 persen lebih sedikit orang yang tinggal di kelompok intervensi berakhir di rumah sakit akibat DBD. Hanya 13 orang di kelompok intervensi yang harus dirawat inap, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan 102 orang rawat inap di kelompok kontrol.

“Ini merupakan keberhasilan besar bagi masyarakat Yogyakarta,” kata anggota tim Adi Utarini dari World Mosquito Program dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Baca Juga: Memberantas Demam Berdarah Dengue dengan 'Memandulkan' Nyamuk

Koloni burung cangak abu dan kowak-malam abu mendiami ruang hijau di kampus Universitas Gadjah Mada. (Drone by line-e Dwi Oblo dan Kasan Kurdi)

"Sudah lama, orang selalu panik secara sporadis, terutama setiap musim hujan," tambahnya. "Lebih parah lagi, penyakit ini kebanyakan menyerang anak-anak, membuat angka kematian di kalangan anak-anak relatif tinggi."

Setiap tahunnya di Indonesia selalu berjuang melawan wabah DBD ini. Semoga dengan hasil positif eksperimen ini, ke depannya satu per satu wilayah di Indonesia dapat mulai terbebas dari penyakit ini.