Ini Alasan Paus Bungkuk Mencaplok Manusia tapi Tak Bisa Menelannya

By Utomo Priyambodo, Rabu, 16 Juni 2021 | 16:00 WIB
Migrasi paus bungkuk. (Solarseven/Getty Images/iStockphoto)

 

Dikenal sebagai balin, bulu-bulu ini terbuat dari protein kuat namun fleksibel yang disebut keratin —bahan yang sama terbuat dari rambut dan kuku manusia— dan tersusun dalam pelat seperti sisir. Saat makan, paus mengambil seteguk besar air laut dan menggunakan balin seperti saringan untuk menahan makanan di mulutnya sambil mendorong air keluar melalui celah.

Dari 90 spesies paus yang diketahui di Bumi, paus sperma adalah satu-satunya spesies dengan tenggorokan yang cukup besar untuk secara teknis bisa menelan manusia. Mamalia sepanjang 65 kaki itu memiliki kerongkongan besar untuk memakan mangsa yang lebih besar seperti cumi-cumi raksasa, yang terkadang mereka telan utuh. Faktanya, cumi-cumi kolosal —yang panjangnya bisa mencapai 46 kaki— telah ditemukan di dalam perut paus sperma.

Meskipun secara fisik paus sperma mungkin menelan manusia, kemungkinannya adalah "satu miliar banding satu" bagi paus sperma menelan kita. Sebab, pertemuan antara paus sperma manusia di laut terbuka sangatlah jarang terjadi.

Baca Juga: Paus Abu-abu Membuat Rekor Baru, Berenang Lebih dari Separuh Bumi

Paus bungkuk yang muncul ke permukaan Samudera Pasifik. (RALPH LEE HOPKINS / NATIONAL GEOGRAPHIC CREATIVE)

Kebanyakan orang “tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk melihat paus sperma seumur hidup [mereka],” kata Rob Deaville dari Cetacean Strandings Investigation Programme di Zoological Society of London. Paus ini secara teratur menghabiskan waktu di kedalaman lebih dari 10.000 kaki di bawah laut.

Jadi tidak perlu panik lagi saat berenang di laut, terutama karena paus tidak agresif terhadap manusia. Sebaliknya, kata Deaville, pauslah yang seharusnya lebih takut pada kita karena “berbagai macam tekanan dan ancaman buatan manusia di luar sana.”

Manusia dapat membahayakan paus melalui perburuan, polusi, perusakan habitat, terjerat jaring ikan, pemogokan kapal, dan banyak lagi. Perilaku turis yang tidak bertanggung jawab —seperti terlalu dekat— juga bisa membuat paus tertekan.

Jika Anda pernah melihat salah satu dari raksasa lembut ini, para ahli merekomendasikan untuk mengikuti panduan mengamati satwa liar yang bertanggung jawab. Selah satunya adalah memberi ruang yang cukup bagi hewan tersebut, mengamati dari kejauhan (dengan teropong jika memungkinkan), dan menghindari tindakan apa pun yang menakut-nakuti, mengejutkan, atau membuat mereka panik.