Nationalgeographic.co.id—Kejadian tentang manusia yang dicaplok paus pernah dilaporkan beberapa kali. Pada 2019 seorang fotografer alam liar di Afrika Selatan nyaris ditelan seekor paus bryde. Sebagian tubuhnya sudah masuk ke dalam mulut paus tersebut.
Terakhir, pada hari Jumat lalu, seorang penyelam lobster menjadi berita utama ketika dia menceritakan secara ajaib bisa selamat dari terkaman seekor paus bungkuk. Ia mengaku "ditelan" oleh paus bungkuk di lepas pantai Cape Cod, Massachusetts, Amerika Serikat.
Penyelam bernama Michael Packard itu mengatakan kepada Cape Cod Times bahwa dia merasakan dorongan, dan "hal berikutnya yang saya tahu itu benar-benar hitam." Dia ingat berjuang di dalam mulut paus selama sekitar 30 detik sebelum paus itu muncul ke permukaan laut dan memuntahkannya keluar.
Baca Juga: Bagai Kisah Nabi Yunus, Pria AS Sempat di Dalam Mulut Paus Bungkuk
Seekor paus bungkuk dapat dengan mudah memasukkan manusia ke dalam mulutnya yang besar yang lebarnya dapat mencapai sekitar 10 kaki. Namun begitu, menurut Nicola Hodgins dari Whale and Dolphin Conservation, sebuah organisasi nirlaba di Inggris, secara ilmiah tidak mungkin bagi paus tersebut untuk menelan manusia meski si manusia sudah berada di dalam mulutnya.
Tenggorokan paus bungkuk kira-kira seukuran kepalan tangan manusia, dan hanya bisa meregang hingga diameter sekitar 15 inci untuk menampung makanan yang lebih besar.
Dalam kasus Packard, katanya, dia kemungkinan "tercaplok dan bukannya ditelan" sebelum paus menyadari kesalahannya dan segera meludahkannya. Ini mungkin meerupakan pengalaman traumatis bagi Packard dan juga paus tersebut yang hanya mencoba memakan ikan.
“[Packard] berada di tempat yang salah pada waktu yang salah,” kata Hodgins.
Ini bukan pertama kalinya kejadian manusia tercaplok ke dalam mulut paus. Pada tahun 2020, para pembuat kayak tersapu ke dalam mulut seekor paus bungkuk yang sedang makan di California, seperti yang juga dialami fotografer di perairan Pelabuhan Port Elizabeth di Afrika Selatan pada 2019.
Baca Juga: Perbedaan Kultur di Dalam Nyanyian Paus Bungkuk Antar Samudra
Yang paling terkenal, Alquran dan Alkitab menceritakan kisah Nabi Yunus yang ditelan oleh paus untuk menyelamatkannya dari tenggelam di laut. Bahkan ayah Pinocchio, Geppetto, juga dikisahkan ditelan oleh paus dalam cerita klasik anak-anak.
Gagasan tentang paus menelan manusia telah lama menjadi bagian dari mitologi —sedemikian rupa sehingga banyak orang percaya itu benar. Namun secara ilmiah tidak mungkin bagi semua kecuali satu spesies paus, yakni paus sperma, untuk menelan sesuatu yang sebesar manusia.
Pada kesempatan langka ketika manusia menemukan dirinya berada di dalam mulut paus, itu hampir pasti merupakan kecelakaan. Sebab, manusia bukanlah sesuatu yang biasa dan bisa dimakan paus.
Paus bergigi, seperti paus sperma, memiliki gigi dan memakan mangsa termasuk cumi-cumi dan ikan. Sementara itu, paus balin —seperti paus bungkuk, biru, abu-abu, dan minke— memiliki bulu khusus di mulutnya, bukan gigi, dan memakan mangsa kecil seperti plankton, krill, dan ikan kecil.
Dikenal sebagai balin, bulu-bulu ini terbuat dari protein kuat namun fleksibel yang disebut keratin —bahan yang sama terbuat dari rambut dan kuku manusia— dan tersusun dalam pelat seperti sisir. Saat makan, paus mengambil seteguk besar air laut dan menggunakan balin seperti saringan untuk menahan makanan di mulutnya sambil mendorong air keluar melalui celah.
Dari 90 spesies paus yang diketahui di Bumi, paus sperma adalah satu-satunya spesies dengan tenggorokan yang cukup besar untuk secara teknis bisa menelan manusia. Mamalia sepanjang 65 kaki itu memiliki kerongkongan besar untuk memakan mangsa yang lebih besar seperti cumi-cumi raksasa, yang terkadang mereka telan utuh. Faktanya, cumi-cumi kolosal —yang panjangnya bisa mencapai 46 kaki— telah ditemukan di dalam perut paus sperma.
Meskipun secara fisik paus sperma mungkin menelan manusia, kemungkinannya adalah "satu miliar banding satu" bagi paus sperma menelan kita. Sebab, pertemuan antara paus sperma manusia di laut terbuka sangatlah jarang terjadi.
Baca Juga: Paus Abu-abu Membuat Rekor Baru, Berenang Lebih dari Separuh Bumi
Kebanyakan orang “tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk melihat paus sperma seumur hidup [mereka],” kata Rob Deaville dari Cetacean Strandings Investigation Programme di Zoological Society of London. Paus ini secara teratur menghabiskan waktu di kedalaman lebih dari 10.000 kaki di bawah laut.
Jadi tidak perlu panik lagi saat berenang di laut, terutama karena paus tidak agresif terhadap manusia. Sebaliknya, kata Deaville, pauslah yang seharusnya lebih takut pada kita karena “berbagai macam tekanan dan ancaman buatan manusia di luar sana.”
Manusia dapat membahayakan paus melalui perburuan, polusi, perusakan habitat, terjerat jaring ikan, pemogokan kapal, dan banyak lagi. Perilaku turis yang tidak bertanggung jawab —seperti terlalu dekat— juga bisa membuat paus tertekan.
Jika Anda pernah melihat salah satu dari raksasa lembut ini, para ahli merekomendasikan untuk mengikuti panduan mengamati satwa liar yang bertanggung jawab. Selah satunya adalah memberi ruang yang cukup bagi hewan tersebut, mengamati dari kejauhan (dengan teropong jika memungkinkan), dan menghindari tindakan apa pun yang menakut-nakuti, mengejutkan, atau membuat mereka panik.