Alfa hingga Delta: Bagaimana Bisa Virus Corona Memiliki Banyak Varian?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 21 Juni 2021 | 20:30 WIB
Ilustrasi virus corona. ()

 

"[Penyuntingan] Itu ada mekanismenya sebenarnya [pada virus]. Tapi ada yang tidak sempat diperbaiki, itu yang kemudian menjadi mempengaruhi seleksi untuk kuat dan lemah," paparnya.

Alasan mengapa 'kesalahan' genetik pada virus terjadi disebabkan perbedaan gen inangnya, atau manusia yang memiliki macam ras dan etnis. Dari latar belakang genetik itu menyebabkan kepekaan manusia untuk melawan, tetapi virus mencari cara untuk bisa lolos lewat gen yang berbeda-beda.

"Jadi ya misalnya varian delta di negara lain menyebabkan kematian tinggi, atau sakit yang berat, tetapi di Indonesia tidak. Begitu juga yang sudah asli Indonesia terhadap negara lain," Amin berpendapat. "Itu sangat dipengaruhi hostnya."

Setidaknya ada empat sifat yang harus diantisipasi dari varian baru Covid-19, yakni penyebarannya yang lebih cepat, sulit didiagnosa, dan kasus yang menjadi lebih berat. Selain itu juga kewaspadaan juga terkait vaksin yang rentan tidak efektif.

Ibarat penyuntingan makalah, virus memperbaiki salah ketik dalam gennya. Tetapi kesalahan tetap ada yang lolos dan menjadi mutasi hingga varian baru. (NIAID-RML)

Lantas bagaimana varian dan mutasi virus terhadap vaksin--mengingat salah satu mekanisme vaksin menggunakan genetika virus?

Berdasarkan studi yang di Afrika Selatan yang menguji dengan varian-varian yang ada, Amin memaparkan, menyebabkan vaksin mengalami penurunan efikasi. Penurunan itu sekitar 10 hingga 20 persen.

"Itu belum menyebabkan efikasi di bawah 50 persen, yang mana disebutkan dalam pedoman WHO. Kalau di atas 50 persen, [vaksin] masih bisa digunakan," terangnya.