Nationalgeographic.co.id—Ketika sebuah tim peneliti berangkat untuk survei sepetak hutan di Kalimantan pada Mei 2008, mereka tidak tahu akan menemukan “holy grail of herpetology” saat istirahat makan siang.
Saat duduk di tepi sungai, salah satu anggota tim Indonesia melihat kadal kuning kecoklatan yang panjangnya sekitar satu kaki dengan wajah seperti dinosaurus dengan sisik yang menonjol, menyerupai buaya mini.
Itu adalah biawak tanpa telinga, spesimen pertama yang diketahui ditemukan di alam liar dalam beberapa dekade. Berita penemuan kembali diumumkan di koran pada 2012 dan menyebar dengan cepat di kalangan penggemar reptil.
Indonesia dan Malaysia telah secara ketat melindungi biawak tanpa telinga selama beberapa dekade, yang berarti adanya pelarangan untuk mengumpulkan maupun memperdagangkannya. Tidak ada negara yang secara hukum menyetujui ekspor hewan itu, tapi makalah tahun 2012 lalu memicu minat pada spesies ini di antara para kolektor. Mereka bersedia membayar ribuan dolar untuk seekor biawak ini.