Sukarno Bukan Tanpa Cela, Berkali-Kali Dia Dikritik oleh Soe Hok Gie

By Utomo Priyambodo, Selasa, 22 Juni 2021 | 08:34 WIB
Sukarno menutup telinganya. (Seventh News Service)

Sebagai mahasiswa, Gie telah tiga kali bertatap muka dan berdiskusi dengan Bung Karno. Ketika itulah Gie melihat polah menteri-menteri yang ia nilai suka menjilat kepada Bung Karno. Setiap keluar dari Istana, Gie sedih dan kecewa.

Tak hanya saat Sukarno masih berkuasa, Soe Hok Gie mengungkapkan kritiknya soal rekam jejak Bung Karno saat salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia itu saat sudah lengser dari jabatannya. Pada tahun 1968, atas undangan pemerintah Amerika Serikat, Soe Hok Gie sempat berkeliling Negeri Paman Sam selama 75 hari. Di sana ia bersafari ke sejumlah kampus, dari University of Hawaii di Honolulu, Willamette University di Oregon, Texas Southern University di Houston, sampai Cornell University di New York.

Di kampus-kampus prestisius itu, Gie mengikuti berbagai diskusi. Temanya membentang dari perjuangan kelas sampai urusan ekonomi-politik global. Gie menilai topik-topik diskusi itu berkaitan erat dengan problem bangsa Indonesia.

Baca Juga: Di Balik Foto Langka Lawatan Pertama Soekarno ke Amerika Serikat 1956

Pada bagian The Prince and The Showgirl dalam buku “Marilyn Monroe Unseen Archives” disebutkan Joshua Logan (tengah) memperkenalkan Marilyn Monroe kepada Presiden Soekarno. Dalam buku itu disebutkan bahwa Soekarno sempat meminta khusus untuk berjumpa dengan Marilyn. (United States Information Service)

Dalam salah satu diskusi tersebut, Gie sempat berdebat sengit dengan kelompok yang menamakan diri Black Student Union. Menurut Gie, mereka menuding pemerintah Orde Baru memperlakukan Sukarno dengan tak pantas, seperti halnya orang Amerika memperlakukan orang kulit berwarna. Gie pun dongkol. "Sukarno itu kepala negara yang berfoya-foya ketika rakyatnya menderita setengah mati," kata Gie.

Di mata para sahabatnya, Soe Hok Gie adalah pemuda yang selalu gelisah melihat kenyataan yang dinilainya tidak benar. Rudy Badil, salah satu sahabat Gie, menyebut koleganya sesama pendaki gunung itu sebagai "the angry young man".

Gie marah kepada Bung Karno. Dia marah kepada para penjilat di sekitar Presiden Sukarno. Dia marah kepada para koruptor dan mahasiswa munafik. Kemarahan itu, menurut Ben Anderson, sahabat Gie sekaligus peneliti dari Cornell University, muncul karena dia menekankan pentingnya peran moral mahasiswa dalam politik Indonesia.

Baca Juga: Tan Hong Boen dari Tegal, Penulis Pertama Riwayat Hidup Bung Karno