Misteri Hilangnya Lukisan Karya Kartini Saat Pusaran Geger 1965

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 28 Juni 2021 | 21:56 WIB
Lukisan cat minyak berjudul 'Taman Kembang Leli' karya Kartini, sekitar 1900. Lukisan ini diserahkan oleh Soeroto kepada Prijono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Mei 1964. Kemungkinan difoto oleh Sitisoemandari. (Rumah Kartini)

Nationalgeographic.co.id—“Kami datang ke rumah beliau dan saya memperkenalkan diri sebagai wartawan Suluh Indonesia,” kenang Sitisoemandari. “Waktu itu saya masih wartawati dari suratkabar tersebut.”

Hari itu Rabu, 25 Maret 1964. Dia berkunjung ke kediaman Raden Ayu Adipati Arya Kardinah Reksanegara di Salatiga. Kendati, Sitisoemandari tidak memberi kabar atas rencana kunjungannya, si tuan rumah tetap senang menerima tamu asal Jakarta ini.

Perjumpaan bersejarah itu diungkapkan dalam pengantar bukunya yang bertajuk Kartini Sebuah Biografi. Buku monumental itu diterbitkan oleh Gunung Agung di Jakarta pada 1977. Inilah buku biografi pertama tentang Kartini, yang ditulis dengan kaidah jurnalistik oleh perempuan Indonesia. Tebalnya, lebih dari 400 halaman. Bahkan, buku ini menginspirasi Sjumandjaja untuk film Kartini yang rilis pada 1982.

“Beliau berkenan menerima kami dengan wajah yang mencerminkan kesukaan hati,” tulis Sitisoemandari, “dan seluruh sikapnya terhadap kami menandakan entusiasme.” Tampaknya, hari itu dia begitu bangga dan bahagia sebagai perempuan—sekaligus wartawan—karena bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan Kardinah sampai puas. “Yang sangat saya muliakan ialah bahwa beliau berkenan pula memberikan doa restu untuk pekerjaan yang saya cita-citakan.”

Kartini, Kardinah dan Roekmini, mungkin di Semarang. Foto oleh Charls & Co. (Bodjong-Semarang), 1901. (KITLV)

Sejatinya, perjalanan Sitisoemandari ke kota garnisun ini mengikuti perjalanan dinas Soeroto, sang suami. Saat itu suaminya menjabat sebagai Kepala Inspeksi Sejarah dan Ilmu Bumi di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu Soeroto juga mendapat mandat sebagai Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional.

Proyek pembangunan monumen ini digagas pada 1950-an. Konstruksinya bermula pada 1961, yang kelak karena geger 1965, baru rampung pada 1975.

Tujuan utama kedatangan Sitisoemandari adalah untuk mewawancarai Kardinah jelang hari kelahiran Kartini. Pada masa itu hari kelahiran Kartini belum dirayakan secara nasional. Hari Kartini resmi diperingati secara nasional setelah Bung Karno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia beberapa minggu kemudian, yakni pada 2 Mei 1964.

Ketika hendak berpamitan, Kardinah memberinya hadiah. Beberapa lembar foto Kartini, sketsa silsilah keluarga Tjondronegaran sebagai leluhur Bupati Raden Mas Adipati Arya Sasraningrat, dan sketsa silsilah Sasraningrat.