Misteri Hilangnya Lukisan Karya Kartini Saat Pusaran Geger 1965

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 28 Juni 2021 | 21:56 WIB
Lukisan cat minyak berjudul 'Taman Kembang Leli' karya Kartini, sekitar 1900. Lukisan ini diserahkan oleh Soeroto kepada Prijono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Mei 1964. Kemungkinan difoto oleh Sitisoemandari. (Rumah Kartini)

 

Pergolakan politik pada 1965 membuat situasi kehidupan jungkir-balik. “Setelah peristiwa G-30-S,” demikian Sitisoemandari menulis, “Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional dibubarkan dan pekerjaannya dihentikan.”

Harold A. Crouch dalam bukunya The Army and Politics in Indonesia yang diterbitkan Equinox Publishing pada 2007, mengungkapkan penculikan terhadap Prijono dan beberapa menteri dan pejabat negara lainnya. Mahasiswa KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) dan Laskar Arief Rahman Hakim berkonsultasi dengan dua petinggi Angkatan Darat. Setelah itu para mahasiswa bergerak menculik beberapa menteri pada 16 Maret 1966. Salah satunya, Prijono.

“Menteri-menteri yang ‘ditangkap’ itu dibawa ke markas Kostrad,” tulis Crouch. Dia mencoba menghubungkannya dengan peristiwa lain, lalu menduga, “Tampaknya para mahasiswa bertindak bebas atas arahan pimpinan tertinggi angkatan bersenjata.”

Salinan bukti penyerahan tiga lukisan dari Kardinah kepada Soeroto, selaku Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional. Penyerahan dilakukan di rumah Kardinah di Salatiga pada 25 Maret 1964. (Sitisoemandari/Kartini Sebuah Biografi)

Dua hari setelah penangkapan, Prijono menerima surat penahanan resmi dari pemerintah. Semenjak saat itu pekerjaan dan penghidupannya sebagai loyalis Sukarno boleh dibilang berakhir sudah.

Prijono memang orang kiri, tetapi bukan PKI. Dia merupakan pendukung Partai Murba, yang celakanya kerap dihubung-hubungkan dengan PKI. Sebagai seorang pendukung sejati Sukarno, prestasinya patut dipuji ketika mendapat anugerah “Penghargaan Perdamaian Internasional Lenin untuk Upaya Mempererat Perdamaian Antarmanusia” pada 1954. Sebelum berkarier sebagai menteri, dia pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Persahabatan Indonesia-Cina.

Ketika menjalani masa tiga tahun penahanan, Prijono wafat. Dia adalah tragedi seorang loyalis Sukarno.

Baca Juga: Perjalanan Panjang Nisan VOC: Kapten Tack dan Keluarga Mertuanya

Salinan bukti penyerahan tiga lukisan karya Kartini, Rukmini, dan Kardinah, dari Soeroto kepada Prijono selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Maret 1964. (Sitisoemandari/Kartini Sebuah Biografi)

Lalu bagaimana nasib Sitisoemandari dan Soeroto?

Ananda Myrtha Soeroto, yang lahir dari rahim Sitisoemandari pada 1947, mengungkapkan situasi krisis keluarga dalam laman blognya yang didedikasikan untuk Soemandari-Soeroto.

Myrtha mengungkapkan bahwa awal Orde Baru merupakan masa-masa sulit yang harus dilewati keluarganya. Bahkan, dua suadaranya yang masih berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia harus berhenti selama dua tahun. “Tragedi Nasional G-30-S berdampak serius pada ekonomi keluarga,” tulisnya. “Soeroto kehilangan pekerjaan sebagai pegawai negeri.”

Sejauh ini tidak ada kejelasan mengapa Soeroto diberhentikan sebagai pegawai kementerian. Myrtha mengungkapkan bahwa kedua orang tuanya bukan simpatisan PKI, melainkan anggota PNI pimpinan Ali Sastroamidjojo. Kebetulan rumah Soeroto dan rumah Ali bersebalahan.

Saat itu PNI dikenal sebagai pendukung Sukarno yang militan.

Baca Juga: Selisik Makam Kapten Tack, Perwira VOC Abad Ke-17