Misteri Hilangnya Lukisan Karya Kartini Saat Pusaran Geger 1965

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 28 Juni 2021 | 21:56 WIB
Lukisan cat minyak berjudul 'Taman Kembang Leli' karya Kartini, sekitar 1900. Lukisan ini diserahkan oleh Soeroto kepada Prijono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Mei 1964. Kemungkinan difoto oleh Sitisoemandari. (Rumah Kartini)

 

Namun, ada bingkisan Kardinah untuk rakyat Indonesia yang dititipkan kepada Soeroso selaku anggota/wakil Sekretaris I Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional. Bingkisan itu berupa tiga lukisan—masing-masing karya Kartini, Roekmini, dan Kardinah. Ketiga karya seni bersejarah itu dihadiahkan Kardinah untuk Museum Sejarah Tugu Nasional.

Pembangunan pondasi dan dinding museum di ruang dasar rampung pada akhir 1962. Kemudian diteruskan dengan pembangunan di dalam ruang dasar Monumen Nasional.

 Sitisoemandari juga mengungkapkan dalam bukunya judul ketiga lukisan itu. Pertama, lukisan cat minyak berjudul “Taman Kembang Leli” karya Kartini. Kedua, lukisan pensil berjudul “Pantai Japara” karya Roekmini. Ketiga, lukisan arang “Tiga Ekor Kucing” karya Kardinah. Menurut penuturan yang dicatat Sitisoemandari, “Lukisan itu dibuat ketika mereka masih di Japara, sebelum Kardinah kawin pada 1902.

Baca Juga: Adakah yang Mampu Menyingkap Teka Teki Raden Ayu Kartini Ini?

Lukisan arang berjudul 'Tiga Ekor Kucing' karya Kardinah, sekitar 1900. Lukisan ini diserahkan oleh Soeroto kepada Prijono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Mei 1964. Kemungkinan difoto oleh Sitisoemandari. (Rumah Kartini)

Sesampainya di Jakarta, Soeroso menyampaikan ketiga lukisan itu kepada Departemen Pendidikan Kebudayaan di Jalan Cilacap No.1, Jakarta Pusat. Kantor berarsitektur Art Deco itu menempati bangunan bekas Departement van Onderwijs en Eredienst—kementerian pendidikan dan urusan agama zaman kolonial. Kini, The Hermitage Hotel.

Dia menjumpai Profesor Prijono (1905-1969) selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sekaligus Ketua Harian Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional. Dokumen penyerahan itu ditandatangani pada Sabtu, 9 Mei 1964. Sementara itu Sitisoemandari memotret satu per satu lukisan itu sebelum diserahkan secara resmi kepada negara. Artinya, sejauh ini posisi terakhir lukisan itu berada di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca Juga: Memahami Kepahlawanan Kartini Melalui Surat-suratnya

Lukisan pensil/potlot berjudul 'Pantai Japara' karya Rukmini, sekitar 1900. Tampaknya pemandangan Pantai Bandengan, Japara. Lukisan ini diserahkan oleh Soeroto kepada Prijono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Mei 1964. Mungkin difoto oleh Sitisoemandari. (Rumah Kartini)

Sampai di sini tugas Sitisoemandari dan Soeroto untuk menyampaikan ketiga lukisan itu boleh dianggap selesai. Amanat Kardinah kepada keduanya telah lunas.

Raden Ajeng Siti Soemandari binti Sastrohoetomo lahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1908. Dia menekuni jurnalistik sejak usia 27 tahun. Tema budaya dan sastra kerap menjadi bahan tulisannya, alih-alih politik. Sementara itu Raden Soeroto bin Mertowinoto lahir di Jepara, 22 September 1912. Dia adalah lulusan Hollands Inlandse Kweekschool ”Goenoeng Sari” di Lembang. Sejak awal 1930-an Soeroto mengawali karier sebagai guru, sembari bergabung sebagai awak penerbitan surat kabar nasionalis Bangoen di Surakarta.

Kegemaran dan ketekunan dalam bidang jurnalistik telah mempertemukan mereka di surat kabar Bangoen. Seri artikel keduanya tentang ordonansi perkawinan dan emansipasi perempuan pernah membuat geger organisasi-organisasi Islam pada 1937. Akhirnya, Sitisoemandari dan Soeroto menikah di Cilacap pada 1938.

Baca Juga: Kartini, Si Darah Biru yang Kesal Disebut Putri Bangsawan