Gara-gara Rempah: Pencurian Peta Hingga Ekspedisi Compagnie van Verre

By National Geographic Indonesia, Selasa, 29 Juni 2021 | 16:20 WIB
Salah satu peta dari Linschoten dalam bukunya yang sohor, Itinerario, terbit pada 1596. Inilah peta Timur Jauh yang diterbitkan pertama kali; melukiskan lokasi Cina, Jepang, Korea, Asia Tenggara, Fili­pina, Selat Malaka, Kalimantan, hingga Jawa. Linschoten menyiapkannya dari sumber utama peta Portu (Koleksi Barry Lawrence Ruder­man, Antique Maps Inc. )

 

Compagnie van Verre membentuk ekspedisi pertama di bawah Willem Barentsz. Rencananya mereka akan berlayar melalui Selat Bering Alaska kemudian menuju ke selatan melalui Jepang, Taiwan terus sampai ke Kepulauan Maluku. Pelayaran melalui sebelah utara Siberia dimaksudkan untuk menghindari armada Spanyol dan Portugis yang sangat kuat. Kedua pesaing itu sudah menguasai Samudra Atlantik dan Samudra Hindia selama satu abad lebih.

Sayangnya, kapal ekspedisi Belanda pertama rusak terperangkap es dan tidak dapat diperbaiki saat mengitari Pulau Novaya Zemlya. Banyak korban tewas karena kedinginan atau dibunuh beruang kutub. Awak kapal Barentsz pulang kembali ke Belanda dengan dua buah kapal kecil. Barentsz meninggal dunia pada 1597, saat perjalanan pulang.

Namun, usaha mencari jalan ke Nusantara tak pernah berhenti. Ini sesuai dengan semboyan mereka, dispereert niet atau‘jangan putus asa’.

Jan Huygens van Linschoten adalah seorang Belanda yang bekerja bersama saudaranya, Willem Tin, di keuskupan Gowa India. Ia tinggal selama lima tahun di sana sebagai sekretaris keuskupan Gowa.

Ia mempunyai hubungan yang sangat baik dengan mentornya yang seorang uskup agung Gowa sehingga ia dapat bekerja lebih leluasa. Kesempatan itu ia pergunakan untuk menulis mengenai aktivitas perdagangan Portugis di India, Cina, Jepang, dan daerah-daerah lainnya di Nusantara. Di sana ia banyak men­dengar ce­rita tentang orang Jawa, orang Jepang, dan ChiTiongkok. Kabarnya hubungan antara kedua bangsa terakhir ini tidak baik karena mereka selalu berkonkurensi di lautan.

Ia menyadari bahwa peta rute laut pada saat itu sangat diperlukan oleh orang Belanda terlebih setelah Portugal dan Spanyol disatukan menjadi Uni Iberia.

Baca Juga: Bincang Redaksi: 280 Tahun Geger Pacinan, Singkap Arsip VOC dan Persekutuan Cina-Jawa 1740-1743

Potret Jan Huygen van Linschoten (1563 – 8 Februari 1611). Seorang pedagang dan sejarawan Belanda. Dengan sembunyi-sembunyi Linschoten menyalin peta-peta rute pelayaran yang sangat dirahasiakan Portugis selama lebih dari satu abad. (Koleksi Barry Lawrence Ruder­man, Antique Maps Inc. )

Dengan sembunyi-sembunyi Linschoten menyalin peta-peta rute pelayaran yang sangat dirahasiakan Portugis selama lebih dari satu abad. Ia kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke kota kelahirannya Enkhuizen di Belanda. Alasan utamanya, Willem Tin, saudaranya meninggal dunia.

Salinan peta navigasi Portugis itu kemudian diterbitkan dalam bukunya yang sangat terkenal Itinerario. Judul peta itu sangat panjang: Voyage ofte Schipvaart van Jan Huygens van Linschoten naer oost ofte Portugael inhoudende in corte beschrijvinghe der selve landen ende zee custen. Artinya, ‘Perjalanan pelayaran Jan Huygens van Linschoten ke Portugal Timur yang berisi deskripsi singkat dari negeri-negeri beserta pantainya’. Itinerario kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Inggris, dan Prancis. Sejak saat itulah Asia tidak lagi merupakan wilayah yang tersembunyi.

Buku Itinerario dari Linschoten menjadi rujukan Compagnie van Verre dalam membiayai ekspedisi pelayaran armada dagangnya ke Nusantara yang pertama. Ekspedisi ini terdiri atas tiga buah kapal besar, yaitu Amsterdam (260 ton), Mauritius (460 ton), dan Hollandia (460 ton) serta sebuah kapal kecil sebagai kapal penghubung Duyfken (50 ton). Kapal-kapal itu dilengkapi serdadu dan meriam. Semuanya di bawah komando admiral Cornelis de Houtman dan Van Beuningen. Armada ini berangkat dari pulau Texel pada tanggal 2 April 1595. Kapal Amsterdam pada 11 Januari 1597 terbakar di Pulau Bawean.

Jer basuki mawa bea pepatah Jawa mengatakan, yang maknanya untuk mencapai suatu cita-cita harus ada pengorbanan. Demikian juga halnya dalam mewujudkan cita-citanya untuk mencapai bumi Nusantara, orang Belanda berusaha dengan keras dan penuh pengorbanan.

Baca Juga: Benteng Makasar, Kenangan Sepetak Pecinan Tangerang di Zaman VOC