Perdagangan Tionghoa-Islam diganggu oleh Spanyol yang datang pada abad ke-16. Spanyol mengetahui bahwa Filipina, tanpa hubungan dagang dengan Nusantara dan Tiongkok, tidak akan bisa bertahan. Usaha ini dilakukan untuk melancarkan aksi penjajahan mereka.
Pelabuhan-pelabuhan komersial utama Islam pun ditaklukkan. Pertama, Spanyol menaklukkan Mindoro (1570) untuk menguasai Luzon. Kemudian Manila (1571) untuk menguasai perdagangan Tiongkok. Begitu juga Kalimantan (1578) untuk mengerem koneksi Malaka. Serta Sulu dan Mindanao (1579) yang dinetralkan untuk merebut akses langsung ke pulau rempah-rempah di selatan.
Baca Juga: Merapah Rempah: Benarkah Lapu-Lapu Membunuh Magellan? Simak Kisahnya
“Apa yang sebenarnya dilakukan Spanyol adalah untuk memotong dan mendapatkan keuntungan dari bekas jaringan perdagangan Islam. Mereka tahu bahwa tanpa hubungan dagang antara Filipina dengan wilayah yang lebih luas, politik negara Manila, Mindoro, Kalimantan, dan lain-lain ini tidak akan bertahan. Orang Spanyol perlu memutus, menghancurkan hubungan Filipina dengan Nusantara dan Tiongkok agar mereka bisa berhasil dalam usaha penjajahan mereka,” kata Ariel.
Usaha Spanyol akhirnya dihentikan oleh Belanda pada 1663, yang memaksa mereka keluar dari Maluku dan Sulawesi Utara. Hal ini menandakan era baru monopoli rempah oleh Belanda. Mengusir kompetisi antara Spanyol dan Portugis yang ada sebelumnya.
Baca Juga: Kemukus, Si Emas Hitam yang Nyaris Hilang di Jalur Rempah Nusantara