Wabah Virus Corona Sempat Merebak di Asia Timur 20.000 Tahun Lalu

By Utomo Priyambodo, Jumat, 2 Juli 2021 | 12:27 WIB
Tim ilmuwan internasional menyatakan bahwa mereka menemukan jejak-jejak wabah kuno pada susunan genetik leluhur orang Asia Timur. (DREAMSTIME)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah hasil studi internasional menyatakan bahwa wabah virus corona pernah merebak di kawasan Asia Timur lebih dari 20.000 tahun lalu. Dalam studi ini, para ilmuwan menyatakan bahwa mereka menemukan adanya jejak-jejak wabah tersebut pada susunan genetik orang-orang dari daerah itu.

Profesor Kirill Alexandrov dari CSIRO-QUT Synthetic Biology Alliance dan Center for Genomics and Personalized Health di Queensland University of Technology (QUT) bersama para peneliti dari University of Arizona, University of California San Francisco, dan University of Adelaide, telah mempublikasikan temuan mereka itu di jurnal Current Biology pada 24 Juni 2021.

Menurut catatan mereka, dalam 20 tahun terakhir, telah terjadi tiga wabah virus corona yang berdampak parah. Pada tahun 2002, wabah virus SARS-CoV dari Tiongkok yang menyebabkan penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) menewaskan lebih dari 800 orang. Lalu pada 2012 ada wabah MERS-CoV yang menyebabkan penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang menewaskan lebih dari 850 orang. Kemudian kini ada wabah SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi COVID-19 yang setidaknya telah menewaskan 3,8 juta orang.

Namun begitu, wabah virus corona sebenarnya tidak hanya terjadi sejak 20 tahun lalu. Studi baru terkait evolusi genom manusia ini mengungkapkan bahwa wabah besar virus corona lainnya pernah merebak ribuan tahun sebelumnya.

 

 

Genom manusia modern berisi informasi evolusi yang menelusuri kembali riwayat puluhan ribu tahun, seperti mempelajari cincin pohon memberi kita wawasan tentang kondisi yang dialaminya saat tumbuh,” tutur Profesor Alexandrov, seperti dikutip dari SciTechDaily.

Dalam studi tersebut, para peneliti menggunakan data dari 1000 Genomes Project. Proyek ini menghasilkan katalog publik terbesar dari variasi umum genetik manusia. Proyek ini melihat perubahan dalam gen-gen manusia yang mengkode protein-protein yang berinteraksi dengan SARS-CoV-2.

Mereka kemudian mensintesis protein-protein manusia dan SARS-CoV-2 tersebut tanpa menggunakan sel-sel hidup, dan menunjukkan bahwa ini berinteraksi secara langsung dan secara khusus menunjukkan sifat alami dari mekanisme yang digunakan virus corona untuk menginvasi sel.

 

Baca Juga: Satu Tahun Corona di Indonesia: Pandemi Ini Diprediksi Jadi Endemik

Ilustrasi virus corona yang menyerang organ tubuh. (Pixabay)

 

“Para ilmuwan komputasi dalam tim ini menerapkan analisis evolusioner pada kumpulan data genom manusia untuk menemukan bukti bahwa nenek moyang orang-orang Asia Timur mengalami wabah penyakit akibat virus corona yang mirip dengan COVID-19,” ujar Profesor Alexandrov.

Orang-orang Asia Timur berasal dari daerah yang kini menjadi wilayah Tiongkok, Jepang, Mongolia, Korea Utara, Korea Selatan, dan Taiwan.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Lagi Data Hilang Misterius Terkait Asal Virus Corona

 

Menurut Profesor Alexandrov, studi ini berguna dalam mengembangkan wawasan yang lebih luas terkait virus-virus purba. Selain itu, ia dan timnya juga memperoleh pemahaman tentang bagaimana genom-genom dari populasi manusia yang berbeda bisa beradaptasi dengan virus-virus. Makhluk-makhluk mikro itu, katanya, "baru-baru ini diakui sebagai pendorong signifikan evolusi manusia."

“Cabang penting lainnya dari penelitian ini adalah kemampuan untuk mengidentifikasi virus-virus yang telah menyebabkan wabah di masa lalu dan mungkin terjadi di masa depan," ujar Profesor Alexandrov.

“Ini, pada prinsipnya, memungkinkan kami untuk menyusun daftar virus yang berpotensi berbahaya dan kemudian mengembangkan diagnostik, vaksin, dan obat-obatan untuk mengantisipasi kembalinya mereka,” imbuhnya.

Baca Juga: Alfa hingga Delta: Bagaimana Bisa Virus Corona Memiliki Banyak Varian?