Bagaimana Krisis Oksigen di Gelombang Kedua Pagebluk Bisa Terjadi?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 7 Juli 2021 | 10:39 WIB
Beberapa masyarakat kesulitan mencari oksigen dikarenakan kurangnya kesiapan dalam mengantisipasi angka kasus Covid19 yang kembali meninggi di Indonesia. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

 

"Jadi harus menunggu dulu, atau tidak [sebagai pilihan pasien]? Dan pindah ke rumah sakit pun percuma, karena sudah keliling beberapa rumah sakit harus mengantre panjang. Kalau pindah-pindah jadinya sulit mendapatkan rumah sakit."

LaporCovid-19 bahkan harus menggunakan tabung oksigen pinjaman dari dermawan. Itu pun harus dari bantuan Puskemas setempat untuk memasang hingga memantau penderita yang terpaksa melakukan perawatan di rumahnya sendiri.

Kurangnya pasokan tabung oksigen di sejumlah tempat lantaran jumlah kasus Covid-19 meningkat drastis dalam dua-tiga pekan belakangan. Kondisi in sangat terlihat khususnya di Pulau Jawa.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi memaparkan, peningkatan itu secara bersamaan mendatangkan pasien lebih banyak. Sedangkan penambahan sarana dan prasarana fasilitas di rumah sakit tidak bisa hadir dalam waktu yang cepat untuk memenuhi kebutuhan.

Baca Juga: Seberapa Bahaya Varian 'Delta Plus'? Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini?

Tabung Oksigen milik pembeli yang disusun oleh pekerja Bio Medical Gas Jalan Panjang, Jakarta Barat akibat tingginya permintaan pengisian oksigen akibat kembali tingginya kasus Covid19 di Indonesia. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

"Salah satunya untuk oksigen. Jadi biasanya kebutuhan rata-rata itu enam ton per hari, itu meningkat menjadi 3.000 sampai 4.000 ton," terangnya saat dihubungi, Senin (05/07/2021).

"Bisa dibayangkan peningkatan yang luar biasa terjadi ini, yang tentunya walaupun kita sudah optimalkan tidak bisa mengejar kondisi-kondisi tersebut. Apa lagi kita tidak bisa memprediksikan jumlah pasien yang tiba-tiba datang pada hari yang bersamaan itu."

Pihak Kementerian Kesehatan mengklaim telah megnetahui akan adanya peningkatan kasus, dan membuat buffer stock atau stok pengamanan untuk RSUP Dr Sardjito. Akan tetapi, pada kenyatannya, stok tersebut tidak dapat memenuhi saat kebutuhan melonjak.

Masalah lainnya juga, Nadia memaparkan, di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak memiliki industri penyedia oksigen. Sehingga oksigen jarus dikirimkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang membutuhkan waktu.

Baca Juga: Menilik Upaya Daerah Menerapkan PPKM Darurat Demi Tekan Lonjakan Kasus