Seberapa Bahaya Varian 'Delta Plus'? Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini?

By Fikri Muhammad, Selasa, 6 Juli 2021 | 15:31 WIB
Varian Delta Plus mulai muncul di database global setelah pertengahan Maret dan pada 26 April kasus ditemukan di Inggris, mendorong Inggris untuk melarang perjalanan internasional pada 4 Juni lalu. (DONNY FERNANDO/NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA) ()

Namun beberapa pasien tanpa riwayat perjalanan atau kontak dengan pelancong yang terinfeksi Delta Plus. Menunjukkan varian itu mulai beredar di Inggris melalui penyebaran komunitas. 

Lantaran variannya belum umum, Kementerian Kesehatan India menetapkan Delta Plus sebagai Variant of Concern (VOC) pada 22 Juni. Alasannya, terjadi peningkatan transmisibilitas, kemampuan untuk mengikat lebih kuat pada reseptor sel paru-paru dan potensi untuk menghindari antibodi.

Akan tetapi, apakah Delta Plus memenuhi ambang batas untuk penunjukkan VOC masih belum jelas.

Baca Juga: Faskes Indonesia Kolaps, Sebulan Ini 265 Pasien Isoman COVID-19 Wafat

Kini, setidaknya ada dua versi varian Delta Plus yang perlahan menyebar ke seluruh dunia. Varian telah terdeteksi di Kanada, Jerman, Rusia, Swiss, Polandia, Portugal, Nepal, Jepang, Inggris, dan AS. Versi yang lebih umum secara internasional disebut ()

"India menyebutnya sebadai VOC karena hati-hati daripada data keras apa pun," tutur Ravindra Gupta, ahli imunologi dan spesialis penyakit menular di University of Cambridge.

Ketika suatu varian menjadi sering dan menunjukkan ciri-ciri yang menghkawatirkan, otoritas kesehatan masyarakat memulai penyelidikan formal, menetapkannya sebagai Variant Under Investigation (VUI). Jika ditemukan lebih menular, lebih resisten terhadap antibodi, atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, maka variannya disebut VOC.

Konsorsium Genomic SARS-CoV-2 India (INSACOG) adalah jaringan laboratorium, dan lembaga pemerintah di seluruh negara yang memantai variasi dalam kode generik virus corona. Mereka sebenarnya menggambarkan Delta Plus sebagai Variant of Interest, bukan VOC, kata ahli virologi Shahid Jameel di laman National Geographic