Seberapa Bahaya Varian 'Delta Plus'? Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini?

By Fikri Muhammad, Selasa, 6 Juli 2021 | 15:31 WIB
Varian Delta Plus mulai muncul di database global setelah pertengahan Maret dan pada 26 April kasus ditemukan di Inggris, mendorong Inggris untuk melarang perjalanan internasional pada 4 Juni lalu. (DONNY FERNANDO/NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA) ()

Menurut Jameel, mutasi baru tidak akan membuat Delta Plus kurang menular daripada Delta, atau mengurangi kemampuan virus untuk lolos dari respons imun. "Makanya tidak ada salahnya jika Delta Plus juga disebut sebagai Variant of Concern.

Kini, setidaknya ada dua versi varian Delta Plus yang perlahan menyebar ke seluruh dunia. Varian telah terdeteksi di Kanada, Jerman, Rusia, Swiss, Polandia, Portugal, Nepal, Jepang, Inggris, dan AS. Versi yang lebih umum secara internasional disebut "AY.1" sedangkan "AY.2" sebagian besar terbatas ke Delta Plus AS telah terdeteksi 150 kali di AS. 

Vaksin yang ada masih bekerja melawan varian Delta asli, tetapi kurang efektif. Ketidakefektifan ini terutama terjadi di antara orang-orang yang mungkin tidak meningkatkan respons kekebalan yang efektif setelah vaksinasi, atau mereka yang memiliki penurunan kekebalan.

 

Dosis tunggal vaksin Pfizer atau AstraZeneca hanya efektif 33 persen terhadap penyakit simtomatik yang disebabkan oleh varian Delta. Setelah dosis kedua, vaksin AstraZeneca menjadi 60 persen efektif, dan efektivitas Pfizer naik menjadi 88 persen. Penelitian awal baru menunjukkan bahwa vaksin Moderna kurang manjur terhadap varian Delta. Sementara Jonhnson & Johnson hanya sekitar 60 persen efektif menurut laman National Geographic.

Tetapi di Israel, di mana 57,1 persen populasi divaksinasi penuh, sekitar setengah dari infeksi varian Delta terjadi di antara mereka yang divaksinasi penuh dengan suntikan Pfizer. 

"Dalam hal varian... kita tahu vaksin bekerja; kita tahu bahwa masker dan jarak sosial bekerja. Meski terlihat menakutkan, kami masih memiliki langkah-langkah untuk melawannya," kata Priyamvada Acharya, seorang ahli imunologi di Duke Human Vaccine Institute. 

Baca Juga: Menilik Upaya Daerah Menerapkan PPKM Darurat Demi Tekan Lonjakan Kasus