Sebuah Studi Ganja dan Dampaknya pada Memori: Benarkah Buruk?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 9 Juli 2021 | 09:00 WIB
Kebanyakan studi tidak menemukan bukti yang konklusif akan adanya manfaat dan efek samping ganja. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id - Suatu hal yang ilegal di Indonesia untuk menggunakan ganja. Ganja diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009, sebagai narkotika golongan satu yang dianggap tidak bermanfaat untuk terapi, dan rentan penyalahgunaan.

Kendati demikian, sudah banyak penelitian terkait manfaat ganja. Bahkan dalam tradisi Nusantara, ganja kerap digunakan dalam beberapa kegiatan kebudayaan dan adat, pengobatan, bahkan digunakan layaknya bumbu rempah makanan.

Ganja menimbulkan banyak perdebatan. Banyak yang menganggap ganja bisa menimbulkan perilaku bahaya terhadap orang lain. Benarkah demikian?

Sebuah studi terbaru melaporkan dampak penggunaan ganja pada ingatan dan membuat keputusan kita. Para peneliti mempublikasikannya di Scientific Reports, Jumat (02/07/2021) dan dapat diakses bebas.

 

Tim penelitian yang dipimpin psikolog Carrie Cutler dari Washington State University itu melakukan eksperimen dengan menggunakan aplikasi telewicara Zoom.

Pengamatan itu dilakukan pada para pengguna ganja saat mereka mengisap bunga ganja, maupun vaping yang mereka beli di apotek ganja. Semua peserta berusia di atas 21 tahun, dan beberapa penggunanya sempat melaporkan tidak ada reaksi negatif sebelumnya terhadap ganja— seperti serangan panik.

Para pengguna ganja ini berasal dari negara bagian Washington, yang mengizinkan ganja sebagai rekreasi. Mereka terdiri atas 80 peserta yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama menggunakan bunga ganja dengan lebih dari 20 persen tetrahydrocannabinol (THC). Kelompok kedua, menggunakan 20 persen THC dan cannabidiol (CBD)—komponen ganja non-psikoaktif. Kelompok ketiga, tidak menggunakan THC, hanya CBD.

 

Carrie Cutler, Assistant Professor, Health and Cognition Laboratory, Washington State University. Penelitiannya berfokus pada upaya menjelaskan efek yang berpotensi menguntungkan dan merugikan dari penggunaan ganja kronis. (Carrie Cutler)

Kelompok keempat, tidak diberikan apapun (tetap sadar). Selanjutnya, mereka semua mengikuti serangkaian uji kognitif.

"Ada banyak spekulasi bahwa konsentrat ganja yang sangat berpotensi tinggi ini dapat memperbesar konsekuensi yang merugikan, tetapi hampir tidak ada penelitian tentang konsentrat ganja yang tersedia secara bebas untuk digunakan orang," kata Carrie Cutler dalam rilis.

Hasilnya pada semua kelompok, para peneliti tidak menemukan efek pada serangkaian tes pengambilan keputusan, termasuk persepsi risiko, dan kepercayaan diri pada pengetahuannya (kognisi).

Baca Juga: Riset Terbaru Ungkap Efek Senyawa Ganja dalam Redakan Rasa Sakit

Kebun ganja besar akan dibangun di Toowoomba, Queensland, dan akan menyediakan stok bagi pasar domestik dan luar negeri. (Australian Natural Therapeutics Group)

 

Sedangkan dalam tes memori, tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok pengguna ganja dan kelompok sadar. Hal itu juga termasuk pada memori prospektif mereka, sebuah kemampuan untuk mengingat untuk melakukan sesuatu di lain waktu, seperti janji untuk bertemu.

Peserta yang menggunakan ganja juga dapat melakukan uji memori urtan temporal, yakni mengingat urutan suatu peristiwa dengan baik.

Namun pada kelompok peserta yang merokok bunga ganja dengan CBD, lebih buruk pada uji boca ingatan bebas verbal. Mereka lebih tidak mampu mengingat sebanyak mungkin kata atau gambar yang ditunjukkan, dibandingkan dengan kelompok sadar.

Baca Juga: Kehilangan Anaknya, Ibu Ini Berjuang Supaya MK Melegalkan Ganja Medis

 

 

Carrie Cutler menulis, temuan ini bertentangan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyebut CBD memiliki efek perlindungan pada memori otak.

Kelompok yang menggunakan ganja tanpa CBD dan kelompok yang mengungakan konsentrat, hasilnya lebih buruk dalam mengukur memori asal. Memori asal ini berguna untuk membedakan cara informasi yang disajikan untuk dipelajari.

Secara keseluruhan pada ketiga kelompok pengguna ganja diberikan tes memori palsu memiliki hasil yang buruk, tulis peneliti. Ketika diberikan kata baru dan ditanyai "apakah kata itu telah disajikan sebelumnya?", mereka menjawab sudah, padahal belum.

Baca Juga: Benarkah Ganja Dapat Menyembuhkan Kanker? Berikut Penjelasan Peneliti

Tanaman ganja. (Gloria Samantha)

 

Hal yang tidak terduga, kata Cutler, orang yang mengisap dengan konsentrat potensi tinggi dengan lebih dari 60% THC, memiliki kinerja yang sebanding dengan mereka yang merokok bunga ganja.

Para peneliti berpendapat, kemungkinan itu disebabkan para pengguna menggunakan lebih sedikit untuk mencapai tingkat keracunan, maupun gangguan yang sama layaknya orang yang merokok bunga ganja.

"Saya ingin lihat lebih banyak penelitian sebelum kami membuat kesimpulan umum," Cutler berpendapat. "Akan tetapi, sangat menggembirakan untuk mengetahui bahwa konsentrat tidak meningkatkan bahaya."

Baca Juga: Rastafarianisme: Gerakan Spiritual dan Kelahirannya di Afrika