Alarm Bahaya dari Tenaga Kesehatan: 'Ini Sudah Functional Collapse'

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 10 Juli 2021 | 11:00 WIB
Perlunya komunikasi publik yang ditujukan bukan untuk menenangkan, tetapi untuk menstimulus 'sense of crisis' agar kita fokus pada penanganan COVID-19. (DWI OBLO)

Dokter Adib Khumaidi, Sp.OT juga menjelaskan bahwa ada banyak dokter yang terpapar di tengah ledakan kasus saat ini. “Banyak nakes yang terpapar dan ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah, terutama di wilayah Jawa Timur. 124 dokter yang sakit di Surabaya, beberapa kritis dan bahkan meninggal. Di Yogyakarta, 167 dokter terpapar, dengan beberapa juga meninggal. Hal ini mempengaruhi layanan kesehatan yang dapat diberikan kepada warga di lapangan.”

Melihat kondisi ini, dr. Adib Khumaidi mengatakan bahwa kondisi "ini adalah functional collapse". Dia menambahkan, “Kebutuhan masyarakat sangat tinggi (pasien yang terus mengalir), namun banyak dokter yang sudah sakit, sehingga jika tidak ada intervensi di hulu, maka akan terus memberikan risiko kepada nakes.”

Demi perlindungan dan keamanan di fasilitas kesehatan, diperlukan zonasi di fasilitas kesehatan dan triase pre-RS, “Harus ada fasilitas khusus COVID-19 saja. Selain itu harus ada upaya pemberdayaan nakes dengan sistem shift dan memastikan bahwa mereka memiliki sertifikasi untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan masyarakat”

Baca Juga: Faskes Indonesia Kolaps, Sebulan Ini 265 Pasien Isoman COVID-19 Wafat

Empat varian berkumpul di Jakarta, sehingga mengakibatkan angka pagebluk Covid-19 melonjak. Apakah dosis vaksinasi ketiga menjadi jawabannya? (pharmaceutical-technology)

Mengenai program vaksinasi yang sudah diberikan kepada dokter namun tingkat kematian masih tinggi, dr. Adib membenarkan tapi angka kematiannya lebih rendah dibanding yang belum divaksin. Ia menjelaskan bahwa pada 86 dokter yang meninggal dari Februari hingga 24 Juni 2021, 17 orang dari mereka telah menerima vaksin lengkap dan 4 orang telah menerima vaksin 1 dosis. “Ada sekitar 41% yang belum divaksin, dengan alasan faktor komorbid atau sedang sakit, namun kami masih telusuri,” tuturnya.

Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dr. Emi Nurjasmi, M.Kes, juga turut buka suara. Ia mengatakan bahwa selama pandemi ini total bidan yang meninggal akibat COVID-19 adalah 208 orang, dengan 39 bidan meninggal selama bulan Juli 2021 berdasarkan data per 8 Juli.

“Permasalahan untuk bidan adalah ketika ibu hamil positif tidak dapat dirujuk RS, maka pasien harus ditangani oleh bidan, padahal risiko sudah tinggi terutama karena fasilitas untuk COVID-19 belum memadai khususnya untuk klinik mandiri. Bahkan karena banyaknya pasien, bidang yang sedang isolasi mandiri juga harus masuk,” beber dr. Emi di konferensi pers tersebut.

Baca Juga: Satu Tahun Corona di Indonesia: Pandemi Ini Diprediksi Jadi Endemik