Harga Sejati Emas

By , Jumat, 27 Februari 2009 | 17:25 WIB

Sebagai gadis yang dibesarkan di Pulau Sumbawa yang terpencil, Nur Piah pernah mendengar cerita tentang sejumlah besar emas yang terkubur di bawah hutan hujan di gunung. Cerita itu hanya dianggap legenda—sampai para ahli geologi dari sebuah perusahaan Amerika, Perusahaan Tambang Newmont, menemukan batu hijau yang membuat penasaran di dekat gunung api yang sudah tidak aktif, dua belas kilometer dari rumahnya. Warna batu yang mirip lumut itu menyiratkan bahwa batu itu mengandung tembaga, yang adakalanya ditemukan berdampingan dengan emas, dan tidak lama kemudian Newmont mulai membangun pertambangan yang dinamai Batu Hijau.

Nur Piah, yang waktu itu berusia 24 tahun, menjawab iklan Newmont yang mencari “operator,” dengan membayangkan bahwa sikapnya yang ramah cocok untuk pekerjaan seorang operator yang bertugas menjawab panggilan telepon. Namun, ketika putri seorang pemuka Islam ini tiba untuk mendapatkan pelatihan, atasannya menunjukkan ruang kerja yang berbeda—kabin Caterpillar 793, sebuah truk pengangkut, salah satu truk terbesar di dunia. Dengan tinggi enam meter dan panjang tiga belas meter, truk itu lebih besar daripada rumah keluarganya. Rodanya saja dua kali tinggi tubuhnya. “Truk itu membuatku ketakutan,” kata Nur Piah mengingat-ingat. Keterkejutan yang berikutnya segera muncul ketika dia melihat tempat galian pertama di tambang itu. “Mereka mengelupasi kulit Bumi!” katanya. “Aku pikir, tenaga yang sanggup melakukan hal itu pastilah sangat dahsyat.”

Sepuluh tahun kemudian, Nur Piah merupakan bagian dari daya itu. Truk yang dioperasikannya itu adalah bagian dari sebuah armada 111 wahana yang mengeruk hampir seratus juta ton batu setiap tahun. Apa yang terjadi dengan gunung api setinggi 550 meter yang dulu berdiri di sini selama jutaan tahun? Sudah tidak ada lagi tanda-tandanya yang tersisa. Area yang dulu ditempati gunung api itu telah berubah menjadi lubang selebar 1.500 meter yang menjangkau 105 meter di bawah permukaan laut. Pada saat lapisan batu yang mengandung emas di Batu Hijau sudah habis dalam kurun waktu sekitar 20 tahun lagi, lubang itu akan sudah menjangkau 450 meter di bawah permukaan laut.

Namun, ada satu hal yang membuat Nur Piah penasaran: dalam kurun waktu satu dasawarsa di Batu Hijau, dia tidak pernah melihat sedikit pun emas yang ditambang dengan bantuannya. Para insinyur yang memantau prosesnya melacak keberadaan emas di dalam senyawa tembaga yang mengandungnya. Dan, karena emas itu diangkut keluar ke perusahaan peleburan di luar negeri dalam konsentrat tembaga, tidak seorang pun penduduk Sumbawa pernah melihat harta terpendam yang sudah mengubah kondisi pulau mereka.!break!

Terdorong oleh harga emas yang terus naik dan menipisnya cadangan emas di AS, Afrika Selatan, dan Australia, perusahaan-perusahaan emas terbesar di dunia memburu emas sampai ke ujung Bumi. Segelintir perusahaan merambah dunia dengan lebih gencar daripada Newmont, raksasa pertambangan yang sekarang mengoperasikan tambang emas terbuka di lima benua, Terpikat oleh keuntungan beroperasi di negara berkembang—biaya lebih rendah, hasil lebih tinggi, peraturan lebih sedikit—Newmont telah menciptakan puluhan ribu lowongan kerja di kawasan miskin. Namun, perusahaan ini juga dikecam habis-habisan untuk segala macam hal, mulai dari merusak lingkungan hingga memindahkan permukiman penduduk desa dengan paksa.

Kebanyakan penduduk Sumbawa adalah petani dan nelayan yang tinggal di gubuk-gubuk kayu yang dibangun di atas tiang, kehidupan mereka boleh dikatakan nyaris tidak tersentuh dunia modern. Namun, di balik pintu gerbang di Batu Hijau, Newmont telah menyulap hutan itu menjadi perkotaan bergaya Amerika, tempat tinggal sekitar 2.000 pegawai tambang yang berjumlah 8.000 orang.

Harga yang lebih tinggi dan berbagai teknik modern memungkinkan perusahaan untuk secara menguntungkan menambang emas dalam bentuk bercak mikroskopik; untuk memisahkan emas dan tembaga dari batu di Batu Hijau, Newmont menggunakan teknologi pengapungan yang setelannya halus dan tidak beracun, tidak seperti “pelindian tumpuk” sianida yang mungkin saja beracun, yang digunakan perusahaan di beberapa tambangnya yang lain. Meskipun demikian, tidak ada teknologi yang mampu secara ajaib menghilangkan limbah berlimpah yang dihasilkan oleh kegiatan penambangan. Dibutuhkan waktu kurang dari 16 jam untuk menimbun lebih banyak limbah dalam hitungan ton di sini daripada jumlah semua emas dalam hitungan ton yang sudah ditambang sepanjang sejarah hidup manusia. Limbah itu ada dua bentuk: batu buangan, yang ditimbun menjadi gunung berpuncak rata yang menyebar di daerah yang dulunya merupakan hutan hujan perawan, dan tailing, yakni efluen dari proses kimia yang disalurkan Newmont melalui pipa ke dasar laut.

Metode “pembuangan tailing ke laut” ini secara efektif dilarang di sebagian besar negara maju karena kerusakan yang ditimbulkan oleh limbah logam berat terhadap lingkungan laut, dan Newmont hanya melakukannya di Indonesia. !break!

Laut-dalam mungkin tidak memiliki banyak pembela, tetapi hutan hujan memilikinya. Dan mungkin hal itulah yang merupakan salah satu alasan mengapa timbunan menggunung batu limbah Batu Hijau, bukan tailing yang dibuang ke laut, yang mengobarkan konflik dengan pemerintah Indonesia. Departemen lingkungan Newmont—sekarang memiliki 87 pegawai—menekankan upayanya untuk mengembalikan keadaan asli dari timbunan batu buangan itu, menutupinya dengan tanah setinggi tiga meter, dan ini memungkinkan hutan tumbuh kembali. Tentu saja, tidak ada hal apa pun yang dapat memulihkan kembali hutan hujan perawan, dan Newmont menghadapi masalah berikutnya: Setelah sepuluh tahun beroperasi, perusahaan itu kehabisan tempat untuk membuang limbah dari Batu Hijau. Tiga tahun yang lalu, perusahaan itu mengajukan perpanjangan izin untuk menggarap 32 hektare lagi hutan hujan. Sampai sejauh ini, Jakarta belum memberikan izin, karena para pakar lingkungan menunjukkan nyaris punahnya burung kakaktua jambul kuning di Sumbawa. Dengan ruangan yang terbatas, truk-truk pengangkut di Batu Hijau sekarang sering menghadapi kemacetan dan ini mengganggu efisiensi tambang. Jika tidak ada hutan hujan yang diizinkan untuk segera digarap, demikian diingatkan para pejabat Newmont, mereka terpaksa harus memberhentikan ratusan pegawai Indonesia.

Sekarang pemerintah daerah dan pemerintah provinsi, yang kekuasaannya meluas sejak kejatuhan diktator Suharto pada tahun 1998, mulai bersikap tegas. Dengan mempertimbangkan kepentingan bisnis Indonesia, mereka bergerak agar bisnis Indonesia mendapatkan bagian dari tambang itu dan berhak menentukan bagaimana keuntungannya dibagi. “Kami tidak punya kekuasaan untuk menentukan nasib kami ketika kontrak ini ditandatangani oleh pemerintahan Suharto,” kata anggota DPRD, Manimbang Kahariady. “Kami harus melindungi masa depan kami. Apa yang tersisa di lingkungan kami di saat tambang itu selesai beroperasi?”

Perhiasan emas dikeluarkan satu per satu dari beberapa kotak beludru, pusaka keluarga yang Nagavi, pengantin India berusia 23 tahun, sudah lama tahu bahwa dia akan mengenakan perhiasan itu pada hari pernikahannya. Sebagai anak perempuan tertua dari pemilik perkebunan kopi di negara bagian Karnataka di India selatan, Nagavi dibesarkan dengan mengagumi acara pernikahan yang menandai perpaduan dua keluarga kaya India. Namun, pada pagi hari di hari pernikahannya yang diatur oleh keluarga, dijodohkan dengan putra tunggal keluarga pemilik perkebunan kopi lainnya, barulah dia menyadari betapa tradisi emas itu dapat menjadi demikian indah.

Pada saat Nagavi sudah siap untuk acara pernikahannya, lulusan perguruan tinggi yang terbiasa mengenakan celana jins dan kaus oblong itu berubah menjadi seorang putri India, gemerlap oleh perhiasan emas. Hiasan kepala yang dibuat dengan eloknya begitu berat—dua setengah kilogram emas—sehingga kepala Nagavi tertarik ke belakang. Tiga kalung emas dan selusin gelang bertindak sebagai penjaga keseimbangan yang efektif. Dengan berlilitkan kain sari sepanjang 5,5 meter yang ditenun dengan benang yang dicelupkan ke dalam emas, Nagavi berjalan perlahan keluar dari rumahnya, sambil berusaha menjaga keseimbangannya ketika melemparkan beras melalui bagian atas kepalanya, cara tradisional mengucapkan selamat tinggal.!break!